05 Mei 2008

Saya tersentak kaget ketika terdengar bunyi praaaaaaak di ruang kerja saya diikuti dengan gelap yang menyelimuti seluruh ruangan.
"Ya, mati lampu", teriak salah seorang staff saya.
"Saklarnya turun pak, di ruang sebelah nyala kok", lanjut seorang staff lain yang kebetulan ada keperluan ke ruangan saya.
"Mati lagi, mati lagi", demikian reaksi spontan dari mulut saya.
Memang sih saya pernah dengar sebelumnya dari tim lain kalau di ruangan itu aliran listrik sering bermasalah. Dan kini kena juga giliran saya. Jam menunjukkan hampir 24.00 saat kejadian tersebut. Hari itu saya sedang tugas malam. Seperti yang saya pernah cerita sebelumnya kalau saya bekerja di bagian Cash Processing Center atau disingkat CPC. (Klik "ATM" dan "Uang Palsu dari ATM")
Untung saja tinggal satu orang staff saya yang sedang melakukan proses perhitungan uang pada saat kejadian tersebut karena memang pada jam-jam segitu perut pada mulai menuntut untuk segera diisi. Jadi sementara sebagian besar tim saya sedang lahap menyantap makan tengah malam saya malah bergulat dengan kondisi mati lampu.
Bayangin aja ! salah seorang staff operator saya tidak bisa disorot oleh kamera sebagaimana standar operasi prosedure di perusahaan bahwa setiap proses perhitungan uang harus melalui proses recording pada saat perhitungan. Oh ya, staff yang melakukan proses perhitungan tersebut di perusahaan saya disebut "kasir". Saya juga bingung waktu pertama kali kerja karena bayangan saya tentang kasir adalah seperti yang bekerja di bank atau supermarket tempat melakukan pembayaran. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja yang disebut kasir adalah yang berada duduk tetap pada sebuah meja proses dan melakaukan perhitungan uang dengan mesin hitung.
Setelah saya mencoba menyalakan kembali semua saklar di ruangan tersebut dan ternyata ada satu saklar yang tetap tidak bisa dinyalakan. Artinya ada satu line yang tidak akan bisa mendapatkan aliran listrik. Dan setelah saya cek lebih lanjut ternyata server sistem monitoring berada di jalur tersebut. Dengan begitu seluruh monitor dalam ruangan tersebut tidak bisa menyala karena monitor induk mati !
Habis deh kalau gitu, berarti seluruh ruangan yang mana bisa dipakai oleh delapan orang kasir tidak akan bisa berfungsi. Kelar jam berapa kalau gitu, bisa pulang siang dong. Saya mencoba mencari tahu divisi engineering untuk membantu saya tetapi ternyata menurut informasi dari posko bahwa tidak ada staff engineering yang bertugas malam. Berarti saya tidak bisa berharap kalau aliran listrik yang bermasalah bisa normal kembali malam itu. Saya harus menyelesaikan dulu yang paling mendesak dimana salah seorang kasir saya yang masih menunggu keputusan dari saya, langkah apa yang seharusnya diambil atas tugas yang sedang dikerjakannya.
"Gimana kerjaanmu, udah sampai di mana?", teriak saya pada kasir tersebut.
"Sebenarnya sih udah hitungan ketiga nih pak, tapi pada saat mau selesai perhitungan ketiga lampunya mati", jawabnya dengan nada pasrah. Setiap ada masalah selisih sesuai dengan prosedur maka harus dihitung tiga kali.
"Selisi berapa sih."
"Selisih lebih kok pak."
Syukur deh kalau gitu, untung selisih lebih, bukan selisih kurang. Kalau selisih kurang bisa panjang masalahnya. Saya segera perintahkan untuk melakukan packing terhadap uang tersebut dengan tetap disaksikan oleh saya. Saya juga sadar kalau prosedurenya tidak sempurna. Tetapi saya kan punya alasan jika suatu saat hal ini dipermasalahkan. Demikian saya menghibur diri sendiri. Yang penting adalah pekerjaan saya harus selesai sebelum jam 07.00 pagi agar customer tidak teriak.
Ok, masalah yang satu selesai. Tetapi bukankah masalah yang lain juga masih panjang. Saya sudah mulai merasa bahwa saya tidak akan mendapat waktu yang cukup untuk menyelesaikan pekejaan ini.
"Jadi satu ruangan itu tidak bisa dipakai sama sekali?", tanya atasan saya setelah saya menceritakan masalah yang saya hadapi lewat ponsel. Kasihan juga pikir saya, pas lagi jam enak-enaknya tidur saya ganggu.
"Iya pak, padahal perkerjaan masih banyak banget", jawab saya dengan sedikit rasa lega kayak mendapat teman curhat.
"Begini, di ruangan depan kamu itu kan masih ada kamera yang masih berfungsi tetapi tidak ada meja, kamu tinggal ambil meja yang tidak terpakai ditaruh di situ. Lumayan kan kalau itu bisa berfungsi", jawab atasan saya. Ternyata atasan saya tidak sepanik saya dan tetap bisa berpikir dalam kondisi apapun. Dan ternyata idenya oke juga tuh menurut saya. Memang sih sejauh yang saya kenal atasan saya seorang pemberi solusi jitu dalam setiap persoalan yang sering kami hadapi.
"Bisa pak, nanti saya coba mudah-mudahan berhasil. Kalau begitu saya lanjut kerja dulu pak. maaf menganggu. Terima kasih." jawab saya sambil menutup telpon dan buru-buru melakukan apa yang diperintahkan oleh atasan saya. Apalagi saya yakin hal ini bisa menjadi solusi.
Saya keluar buru-buru makan dan ternyata di luar tim saya sudah pada tahu kalau ada satu ruangan yang mati lampu. Cepat nyebar juga beritanya, pikir saya.
"Pak, kita pulang aja, kan mati lampu, nanti tim pagi aja yang kerjain", canda seorang kasir saya yang di ruang istirahat.
"Enak aja, kamu yang harus pulang siang", jawab saya. Saya juga tahu kalau dia tidak serius dengan ucapannya. Mana berani dia pulang, pikir saya dalam hati.
"Trus gimana dong pak, mau proses di mana", lanjutnya enteng.
"Pokoknya beres. Kamu tinggal lanjut aja kerjanya. Kita harus kelar sebelum tujuh pagi atau kamu mau pulang siang ?. Meja sudah saya siapkan di ruang depan office. Di situ kan ada kamera. Pokonya kamu tinggal pindahkan mesin hitung ke situ aja", jawab saya.
Jam enam pagi saya mendapat telpon dari atasan saya.
"Gimana kerjaannya, masih banyak?", tanya dia
"Udah pak", jawab saya
" Jadi yang belum apanya lagi"
" Udah pak, udah kelar semua, ini tinggal beres-beres", jawab saya sok tenang padahal sebenarnya hati saya sedang berteriak "beres booooooooooossssssss!!!!".
"Oke, makasih ya, selamat pagi"
Sebuah perjuangan yang walaupun hanya semalam tetapi lumayan juga. Dan memang begitulah. Bekerja tidak hanya mencari uang, tetapi bekerja adalah belajar menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dan saya yakin pengalaman dalam pekerjaan akan sangat berguna juga dalam kehidupan kita yang lain.

28 April 2008

Kisah ini terjadi sekitar dua tahun silam. Pada saat saya turun dari bis kota di daerah Jalan Baru, dekat Terminal Kampung Rambutan dengan maksud tujuan ke arah Cileungsi. Oh ya mungkin ada pembaca yang belum tahu persis di mana Jalan Baru itu. Jalan Baru adalah terminal bayangan dari Kampung Rambutan yang cukup ramai. Banyak sekali penumpang yang akan bepergian memilih Jalan Baru sebagai tempat untuk mencari angkutan umum ke tujuan perjalanan mereka. Hal ini disebabkan karena semua angkutan umum baik angkutan dalam kota maupun luar kota dari arah terminal Kampung Rambutan pasti melewati Jalan Baru. Penulis sendiri minta maaf karena kurang tahu juga Jalan Baru ini nama jalan atau hanya nama tempat. Yang jelas nama Jalan Baru ini sama terkenalnya dengan terminal Kampung Rambutan. Bahkan banyak bus angkutan dalam dan luar kota yang tidak masuk lagi ke dalam terminal Kampung Rambutan. Dan hanya sampai di Jalan Baru
Oke, cerita ini dimulai di Jalan Baru tersebut. Di tempat ini memang banyak ngetem angkot carry warna biru ( kode 121) rute Kampung Rambutan - Cileungsi. Ini salah satu contoh yang saya maksud tadi kalau angkot rute Rambutan - Cileungsi ngetemnya di Jalan Baru tersebut.
Saya sendiri kerja di jalan Gajah Mada Jakarta dan tinggal di Jalan Transyogi (Kadang juga disebut Alternatif). Angkot 121 melewati sebagian jalur Tol Jagorawi dan keluar di Pintu Tol Cibubur melewati Jalan Transyogi menuju Cileungsi.
Pada saat saya naik angkot 121 tersebut tinggal satu tempat yang kosong paling luar dekat pintu membelakangi sopir, yang mana hanya merupakan tempat duduk tambahan yang biasanya bisa muat dua orang. Pada saat saya naik ada seorang ibu yang duduk dengan saya di tempat duduk tambahan tersebut sama-sama dengan saya membelakangi sopir. Dari pakaiannya terlihat jelas bahwa ibu tersebut adalah seorang pegawai kantoran yang sedang pulang kerja karena memang kebetulan jam tersebut adalah jam pulang kantor.
Saya hanya sepintas merasakan dan hampir gak perduli kalau ibu tersebut sedang sibuk dengan seorang perempuan muda yang juga berpakaian kerja berpenampilan tenang dan tampak berpendidikan dengan baju seragam yang berbeda dengan ibu itu. Perempuan muda tersebut duduk di pojok tepat di belakang sopir. Mereka berdua sepertinya sangat sibuk sambil membuka-buka tas perempuan muda itu. Di pikiran saya mungkin mereka teman kerja atau keluarga atau siapa sajalah, pokoknya saya gak perduli aja. Namun tiba-tiba saya kaget setelah menangkap salah satu kalimat ibu tersebut kepada perempuan muda tadi.
"Tangan anda tadi belum masuk ke tas jadi gak mungkin ada di tas", kata ibu itu dengan suara sedikit lantang.
Saya pun mulai melirik mereka berdua karena sepertinya ada sesuatu hal yang terjadi di antara mereka berdua.
"Ibu, saya ini orang kerja bu, gak mungkin saya macam-macam", jawab perempuan muda itu tetap tenang dan lembut kepada ibu itu.
"Gak, saya yakin masih ada di sekitar sini, dan bukan di dalam tas kamu", jawab ibu tersebut tambah lantang.
Seiring dengan itu angkot 121 mulai meninggalkan Jalan Baru melewati jalan layang untuk masuk ke jalur tol Jagorawi. Saya tidak bisa lagi mendengar suara mereka berdua karena kencangnya angin di telinga saya setelah angkot mulai memasuki jalan tol. Namun sayup-sayup terdengar kalau mereka berdua bahkan sudah mulai aduh mulut. Penumpang lain yang dari tadi tidak mau ikut campur mulai pada bertanya pada ibu tersebut. Dalam karena kondisi yang agak meresahkan tersebut, sang sopir memenuhi permintaan sebagian besar penumpang agar mobil diberhentikan sebentar
"Ada apa ibu", tanya seorang bapak dengan bijak untuk mencari tahu persoalannya.
"Saya yakin uang saya diambil sama dia", jawab ibu itu dengan nada yang semakin tinggi.
"Tapi mana buktinya bu, uang itu gak ada sama saya, saya kan malu kalau diperlakukan seperti ini", jawab perempuan muda itu seperti hampir menangis. Saya sendiri kasihan melihat perempuan muda tersebut diperlakukan dengan kasar oleh ibu galak itu. Kok bisa-bisanya ibu itu menuduh sembarangan ya. Gumam saya dalam hati.
"Coba cari dulu baik-baik", kata penumpang yang lainnya.
"Gini deh, kamu berdiri aja dulu", kata ibu itu kepada perempuan muda tadi seperti baru mendapat ide yang sangat segar.
Gadis itupun berdiri perlahan-lahan dan secepat kilat tangan ibu tersebut mengambil uang pecahan 100.000 berwarna merah dalam kondisi sudah terlipat-lipat di bawah pantat gadis tersebut.
"Ini uang saya, kurang seratus ribu", katanya hampir berteriak sambil memegang empat lembar uang pecahan 100.000 karena merasa berhasil.
"Itu uang saya bu", kata gadis itu memberikan pembelaan dirinya yang terakhir dengan tetap menjaga kelembutan suaranya, namun siapa yang bisa percaya kalau uangnya sendiri kok harus diduduki dan kenapa tidak ditaruh di tas atau dompetnya sendiri.
"Nah, kamu pencurinya", teriak seorang penumpang sambil menunjukkan jarinya diikuti oleh penumpang lain mengarah kepada perempuan muda tersebut.
"Turun kamu, ayoo turun", kata penumpang seperti hampir sepakat untuk menurunkannya sambil memeriksa kantong-kantongnya karena menurut ibu tersebut masih kurang satu lembar lagi. Tetapi ibu tersebut sudah puas walaupun masih harus kehilangan 100.000. Gadis itupun diturunkan di jalan tol Jagorawi.
"Masih ada uang saya sama kamu seratus ribu", teriak ibu tersebut dari atas angkot kepada gadis itu yang sudah berdiri di pinggir jalan tol. Namun sepertinya ibu tersebut sudah puas walapun harus kehilangan Rp 100.000 dan dengan wajah tampak lega meminta sopir untuk jalan lagi.
"Makasih ya semuanya karena sudah pada bantu saya", katanya kepada semua penumpang dengan senyum ketika angkot sudah jalan kembali.
Galaknya seperti hilang lenyap, dan pencuri itupun ditinggal sendirian di pinggiran jalan tol.
Angkot melaju dengan normal kembali dan gadis itupun menjadi bahan pembicaraan oleh semua penumpang sampai angkot pun mulai keluar di pintu tol Cibubur. Ibu yang kecurian itupun menceritakan kalau sebenarnya dia merasakan tangan gadis itu masuk ke kantong bajunya. Hal itulah yang membuatnya begitu yakin kalau pencuri uangnya adalah perempuan muda itu. Semua pada keheranan dan seperti tidak percaya akan kejadian yang baru saja mereka saksikan. Seorang perempuan muda berpenampilan rapi kayak orang kerja, sopan, tenang dan kelihatan pintar ternyata adalah seorang pencuri.

02 April 2008

Melakukan perjalanan dengan menggunakan Busway ada suka dukanya. Sebagai sebuah sistem transportasi baru dan pertama di Indonesia, busway adalah sebuah keunikan. Kehadirannya dalam sistem transportasi di Jakarta yang sangat padat menjadi perhatian masyarakat. Tidak hanya oleh masyarakat pengguna busway itu sendiri melainkan juga oleh masyarakat yang memakai kendaraan pribadi baik roda dua ataupun roda empat.

Menjadi pusat perhatian masyarakat pengguna kendaraan pribadi karena busway telah mengambil sebagian lebar jalan dengan menggunakan separator. Bagian jalan yang dipakai oleh jalur busway antara 25%-50% lebar jalan. Dengan demikian bisa diperhitungkan berapa persen tingkat kemacetan yang disebabkan oleh penyempitan jalan demi untuk jalur busway. Bus transjakarta menjadi raja jalanan di mana bisa melaju dengan mulus di sela-sela kemacetan Jakarta yang semakin parah.

Tujuan daripada busway sendiri memang adalah untuk mengurangi pengguna kendaraan pribadi. Jika pemakai kendaraan pribadi semakin tidak nyaman karena kondisi jalur biasa yang bertambah macet maka perlahan-lahan tujuan dari pengadaan busway akan perlahan-lahan memberi titik cerah. Mungkin para pengguna kendaraan pribadi mulai melirik si raja jalanan ini.

Namun benarkah akan terjadi peralihan para pengguna kendaraan pribadi menjadi penumpang transjakarta ? Sesuatu hal yang begitu sulit untuk diprediksi karena terlalu banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya. Sekiranya busway yang merupakan sistem transportasi yang dijiplak dari negara maju itu dijalankan dengan dengan benar mungkin hal itu akan terjadi. Sistemnya sudah benar. Namun jika sistem itu dijalankan oleh yang tidak benar maka tidak akan ada peralihan itu.

Kondisi pelayanan busway saat ini mengundang banyak cerita di kalangan pengguna busway yang memang cukup banyak saat ini. Jika kita sempat transit di halte Harmoni pada jam pulang kantor maka akan terlihat betapa padatnya halte tersebut. Bahkan untuk jalan saja kadang sangat sempit. Kondisi ini adalah indikator bahwa dalam jalur lalulintas busway sendiri terjadi ketidaklancaran, bahkan bisa dibilang kemacetan dalam jalur busway sendiri. Kemacetan yang saya maksud adalah kemacetan antara sesama bus transjakarta sendiri di mana terjadi penumpukan bus pada jalur yang tidak terlalu padat penumpang namun keberadaan bus sangat sedikit pada titik di mana penumpang sedang bertumpuk. Kemacetan yang lain yaitu kemacetan yang terjadi antara para penumpang di setiap halte halte yang sangat ramai. Seperti halte Harmoni misalnya, walapun sudah dirancang cukup luas namun tetap saja penuh.

Terus bagaimana dengan halte yang kecil tetapi cukup ramai karena letaknya yang strategis seperti di halte Senen. Di halte ini pada jam-jam sibuk terjadi penumpukan penumpang yang jelas bisa menghambat naik turunnya penumpang ke bus transjakarta. Kedatangan bus di setiap halte pun sangat membuat tidak nyaman para penumpang. Pada saat penumpang semakin bertambah di setiap halte namun tidak diimbangi oleh jumlah kedatangan bus maka akan terjadi penumpukan yang bisa membuat penumpang harus berdiri cukup lama dalam kondisi kepanasan dan kesempitan. Dan pada saat bus yang ditunggu-tunggu muncul maka penumpang yang sudah lelah berdiri akan berusaha sebisa mungkin agar bisa masuk ke dalam bus untuk menghemat tenaga yang masih tersisa setelah seharian bekerja.

Para satgas dan petugas transjakarta lainnya pun tidak akan segan-segan untuk berteriak menegur dengan keras para penumpang yang berjuang untuk mendapatkan tempat di dalam bus.

"Ah, yang penting saya bisa naik deh", gumam saya dalam hati walapun para petugas sudah berteriak dengan sangat keras agar penumpang tertib. Memang kondisinya sangat memprihatinkan melihat penumpang yang berdesak-desakan berebut tempat biarpun hanya untuk beridiri di dalam busway. Kondisi ini seperti memberi kesan bahwa para penumpang busway itu tidak tahu sopan santun dan tata tertib. Namun jika sekiranya setiap penumpang ditanya kenapa harus berdesak-desakan maka sebagian besar akan menjawab bahwa mereka sudah sangat lelah berdiri dalam kondisi kepanasan di halte.

Pada setiap halte pun jika diperhatiakan maka sebenarnya tidak ada pengaturan antrian yang benar dari para pihak Transjakarta sendiri. Lebar barisan penumpang yang antri jauh lebih besar dari lebar pintu di mana penumpang akan naik. Maka pada saat bus transjakarta tiba maka barisan antrian itu akan kesulitan untuk masuk ke dalam pintu yang lebih sempit sehingga kondisi penumpang yang berdesak-desakan tidak bisa dihindari. Bahkan pada setiap halte-halte tertentu pun tidak ditentukan jalur untuk naik ataupun turun. Sehingga penumpang yang akan turun pun akan kesulitan untuk bisa menembus kerumunan penumpang yang akan naik.

Penulis memperhatikan penumpang yang sudah berusia agak lanjut sangat kelelahan dan bahkan cukup kasihan melihat mereka. Kehadiran busway juga telah mematikan beberapa rute bus kota. Jadi walaupun pada satu sisi busway seperti kesulitan untuk menarik pengguna kendaraan pribadi, di sisi lain ada juga banyak masyarakat yang hanya karena terpaksa harus menjadi penumpang busway

Armada busway yang minim malah menambah persoalan karena jalur busway dibiarkan kosong dalam rentang waktu yang cukup lama. Mubazir !

Dalam jalur biasa para pengguna kendaraan pribadi menderita dalam kemacetan. Di halte busway juga para penumpang juga dalam kondisi "macet" berdiri kelelahan. Namun ada jalur jalan yang sedang dibiarkan kosong karena si raja jalanan tak kunjung datang.

Jadi walapun sistemnya bagus tetapi kita sendiri tidak bisa memakainya maka akan merugikan kita sendiri.

Next Stop ! Halte "Antrian Panjang"


25 Maret 2008

Mungkin halte bis yang paling terkenal di Jakarta adalah Halte Komdak. Walaupun kita tahu kalau halte-halte yang ada di Jakarta yang telah dilewati oleh jalur busway terkesan lebih keren karena setiap dilewati oleh bus transjakarta maka nama halte tersebut akan terdengar lewat rekaman suara perempuan otomatis dari speaker di dalam bus dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, di mana sebelumnya nama halte tersebut hanya terdengar lewat teriakan kasar kondektur metromini atau kopaja dan sejenisnya.
Nah, salah satu halte yang hingga tulisan ini diposting yaitu Halte Komdak belum dilewati oleh jalur busway namun sudah sangat terkenal dari dulu karena memang terletak di posisi yang sangat strategis. Halte Komdak berada di persimpangan jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gatot. Bahkan salah satu Plaza yang terletak di belakang Halte Komdak yakni Plaza Semanggi menyebut dirinya sebagai "The Best Meeting Point".
Penulis sediri kurang tahu apakah akan ada halte busway yang bernama komdak jika rencana jalur busway Pluit - Pinang Ranti benar-benar terwujud. Jalur Pluit - Pinang Ranti sendiri akan melewati salah satu jalur yang sangat ramai di Jakarta yaitu Jalan Gatot Subroto. Mungkin karena melewati jalur yang sangat rumit inilah yang membuat jalur busway belum rampumg juga. Yang jelas bahwa rencana jalur ini akan melewati Halte Komdak.
Nah, beberapa hari yang lalu penulis lewat di Halte ini dan rasanya pengen banget mengisi perut yang sedang kosong. Setelah mencari-cari akhirnya ketemu juga salah satu warung kopi di sekitar halte tersebut. Pemilik warung tersebut buru-buru beres-beres waktu saya bermaksud singgah di warungnya.
"Masuk aja pak, sabar tunggu sebentar ya", kata bapak si pemilik warung dengan sangat terburu-buru ke arah belakang.
"Ok, gak apa-apa kok", jawab saya.
"Maaf ya soalnya saya baru nyampe, tuh sepeda saya aja belum diturunin muatannya", dia membuka kembali percakapan setelah kembali dari belakang.
"Emang bapak tinggal di mana", tanya saya.
"Saya tinggal di Jatibening"
"Jatibening Bekasi maksud bapak, jadi bapak naik sepeda dari sana?"
"Iya, yang dekat Pondok Gede itu",jawabnya
"Naik sepeda dari Jatibening ke Komdak?"
"Iya, saya sudah 12 tahun naik sepeda terus"
"Kuat juga ya pak, emang umur bapak sekarang berapa?",tanya saya mulai penasaran
"Sudah hampir 50", jawabnya sambil tersenyum.
Bayangkan saja, umur sudah hampir 50 tahun tetapi tampangnya seperti umur 30-an. Saya sendiri kurang tahu berapa kilometer Jatibening Komdak tetapi jarak tersebut cukup jauh dan bapak itu bisa menempuh pulang pergi perjalanan setiap hari dengan naik sepeda.
"Abis kalau mau kos di daerah sini mahal-mahal", jawabnya melanjutkan percakapan.
"Kalau di Jatibening sudah rumah sendiri ya?", tanya saya.
"Alhamdulillah iya, saya beli tanah di daerah situ sekitar tahun 90-an dengan harga 50.000 per meter", jawabnya sambil seperti sambil mengenang perjuangan hidupnya sendiri.
"Kalau sekarang harga tanah per meter di sana udah berapa pak", tanya saya.
"Sekarang ma udah 300-an kali", jawabnya.
Percakapan kami berlangsung cukup lama dan saya merasa konyol sendiri dengan kehebatan dia. Dengan mengandalkan hasil dari membuka warung si pinggir-pinggir jalan bapak tersebut telah memiliki sebidang tanah dengan rumah di atasnya. Hebat banget pikir saya. Dia tidak perlu ongkos untuk transportasi, tidak perlu membayar sewa rumah, tidak perlu membayar cicilan rumah, apalagi kartu kredit. Di mana biaya-biaya seperti inilah yang begitu banyak menghabiskan gaji sebagaian besar masyarakat Jakarta.
Sebuah obrolan yang memberi pelajaran yang sangat berharga.

21 Maret 2008

Malam menjelang sepulang kerja saya mendapat sms lewat nomor GSM dari kakak saya yang kesulitan menghubungi saya ke nomor CDMA. Tadi pagi sayang memang malas membawa dua ponsel, ribet banget pikir saya. Cukup pakai GSM saja.
Ah, paling konfirmasi tentang keberangkatan besok ke Bandung untuk acara resepsi pernikahan keponakan kami, pikir saya. Kami memang telah merencanakan untuk berangkat dari Jakarta subuh-subuh karena pengen juga menghadiri pemberkatan nikah di Gereja.
" Begini, ternyata semua pada jadi pergi besok, jadi mobil saya udah gak muat", kata kakak saya dengan nada sedikit agak menyesal. Memang hal ini sudah kami rencanakan dari awal untuk berangkat bersama-sama. Dan sebagi gantinya dia menawarkan saya untuk menumpang mobil saudara sepupu.
" Ok, gak apa-apa", jawab saya walaupun saya sendiri masih ragu untuk menumpang mobil sepupu saya. Saya betul betul gak enak sama sepupu saya yang satu ini karena jauh sebelumnya dia sering mengajak main-main ke rumahnya tetapi saya tidak pernah pernah datang. Saya berada dalam keraguan dan tanpa terasa waktu sudah hampir menunjukkan jam 10 malam. Gimana ya? Pertanyaan itu terus menghantui pikiran saya.
Sudah mulai timbul keraguan saya untuk ikut ke Bandung, tetapi akan lebih tidak enak lagi kalau saya gak datang. Pikir saya. Apalagi Ayah dari yang menikah, yakni kakak saya adalah seorang yang sudah sangat berjasa dalam keluarga kami. Dia adalah putra tertua dari keluarga besar saya yang sudah sangat banyak membantu keluarga kami. Kalau gak datang saya benar-benar gak tahu diri. Apalagi kami saudaranya yang tinggal di Jakarta lah yang sangat diharapkan untuk datang. Saudara-saudara saya yang ada di Sulawesi sana beserta papa dan mama saya sudah memberi kabar kalau mereka tidak bisa datang.
"Aduh, jam berapa nih", saya melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam lewat. Mungkin saudara sepupu saya sudah tertidur dan abis deh kalau udah begini. Tetapi apa boleh buat. Dengan perasaan yang sangat tidak enak terpaksa saya harus menelpon sepupu saya. Dan benar, telponnya tidak di angkat.
Untung malam itu saya bisa tertidur dalam kondisi tanpa sebuah kepastian. Pagi masih buta ketika terbangun saya putuskan untuk naik bis sendiri ke Bandung.
Saya sendiri sudah enam tahun di Jakarta tetapi belum pernah ke Bandung. Sering mendengar komentar dari teman kerja saya tentang Bandung tetapi kenapa ya saya tidak begitu tertarik. Setelah mendapat persetujuan dari kakak saya untuk naik bis sendiri saya langsung jalan dari tempat tinggal saya di daerah Glodok. Soalnya saya juga kuatir kalau tiba di terminal Bandung saya gak tahu jalan ke mana. Dengan acc dari mereka berarti mereka juga siap jemput saya di terminal.
Tiba-tiba ada telpon dari kakak saya.
"Halo", jawab saya
"Eh, jangan salah naik ya", jawabnya
"Salah naik gimana"
"Kamu harus lewat Cipularang, kalau lewat puncak kelamaan, Cipularang itu yang lewat tol dua jam juga bisa nyampe", kakak saya tahu benar kalau saya gak ngerti jalan ke Bandung.
Bayangin aja saya waktu itu bahkan belum tahu kalau untuk lewat tol Cipularang itu ngambil arah ke Karawang dulu. Sampai aku sempat tanya sama teman ku nunggunya di depan UKI atau seberangnya. Dan teman saya menyarankan untuk menunggu bis Bandung di persimpangan ke arah Bekasi.
Dan betul, setelah sampai di UKI saya sudah melihat sebuah bis jurusan Bandung sedang mencari penumpang. Dan di depannya tertulis "lewat tol Cipularang". Lega rasanya. Satu persoalan selesai. Jika selamat dalam perjalanan berarti dua jam lagi sampai di Bandung.
Wow sebuah pemandangan yang asyik juga, ternyata jalan ke Bandung banyak tanjakan panjang. Dan kalau saya mengalihkan pandangan ke luar jendela rasanya teduh banget. Pemandangan yang sangat menyejukkan menemani sepanjang perjalanan sampai bis yang saya tumpangi pun memasuki terminal di Bandung sekitar jam 8.30
Saya menelpon kakak saya untuk menanyakan posisi mereka dan ternyata belum sampai.
" Kalau kamu mau jalan sendiri ke rumah pengantin juga gak apa-apa. Tanya aja pada orang di situ", demikian saran kakak saya setelah memberi tahu alamat yang dituju.
Acara pemberkatan nikah di gereja berlangsung dari jam 10 pagi sampai sekitar jam 11.30. Sedangkan acara resepsi dimulai jam tujuh malam. Setelah acara pemberkatan nikah sambil menunggu resepsi, sepupu saya mengajak jalan-jalan di seputar Bandung. Sepupu saya sendiri gak ngerti jalan -jalan di Bandung dan selalu dipandu lewat ponsel oleh teman-teman yang lain. Jalan di Bandung susah karena kebanyakan satu arah. Kami jalan-jalan ke Factory Outlet yang sangat unik. Modelnya benar-benar seperti rumah. Kalau mau naik di bagian lantai dua bukan pakai escalator atau tangga tembok tetapi tangga kayu. Serta design interiornya benar-benar seperti rumah sehingga berbelanja juga sangat asyik.
Kami sempat juga menghabiskan waktu di Cafe depan salah satu factory outlet sambil menikmati hidangan ringan khas Bandung.
Acara resepsi selesai jam 8 malam dan saya kami pulang ke Jakarta jam 8.30. Jadi saya berada di Bandung kira-kira dua belas jam dan masih penasaran dengan Bandung. Mudah-mudahan ada waktu lagi main sampai puas di sana.

19 Maret 2008

Waktu menunjukkan sekitar pukul 19.30 ketika saya sedang duduk dengan santai di depan Lindeteves Trade Centre (LTC) , sebuah shopping mall di kawasan Glodok yang belum terlalu lama dioperasikan. Enak sekali rasanya melepas kepenatan dari kerja seharian. Tepat sekali tempat duduk untuk santai ini dibangun, pikir saya. LTC ini sendiri terletak di Jalan Hayam Wuruk dan berdiri megah di samping Harco Glodok. Harco Glodok sendiri adalah sebuah pusat penjualan spare part yang sangat terkenal dan sudah berdiri cukup lama.
Penulis sendiri kurang tahu kapan Harco Glodok ini dibangun namun dari arsitektur bangunannya masih merupakan gaya lama.
Di depan saya, tepatnya di seberang jalan berdiri apartemen Starcity yang sedang dipasarkan. Yang unik dari apartemen ini adalah di lobinya berdiri sebuah Klenteng. Klenteng tersebut dibangun tidak bersamaan dengan apartemen tersebut tetapi merupakan Klenteng yang sudah lama ada sebelum apartemen Starcity sendiri dibangun.
" Gak boleh dirusak, itukan sudah menjadi cagar budaya", komentar teman saya saat sedang makan ramai-ramai di warung sekitar lokasi tersebut.
Kombinasi klenteng tua dengan hunian modern tersebut menjadikannya sebuah apartemen yang sangat unik.
Dari tempat duduk yang sama jika saya mengalihkan pandangan ke arah selatan akan nampak beberapa gedung bertingkat seperti Hotel Jayakarta, Hotel Mercure dan Apartemen Mediterania Gajah Mada. Apartemen Meditenia Gajah Mada sendiri cukup ramai, tepat di depan Halte Busway Olimo.
Jika saya mengalihkan pandangan ke arah utara maka akan terlihat Pusat Perbelanjaan Glodok. Di seberang Harco Glodok sendiri atau tepatnya di depan Halte Busway Glodok sedang dibangun sebuah gedung yang saya sendiri tidak tahu persis nantinya gedung tersebut untuk apa. Yang saya ingat sebelum pembangunannya ada tertulis nama tempat tersebut yaitu Galeria Glodok. Dari namanya pun terlihat kalau tempat tersebut juga ujung-ujungnya adalah tempat untuk berbelanja.
Memang kawasan Glodok ini sangat ramai. Jika kita mencoba masuk ke dalam kompleks pertokoan Glodok maka kita juga akan menemukan Orion Plaza, Plaza Pinangsia, Glodok Plaza, Glodok Jaya dan ... apalagi ya. Saya sendiri kurang ingat persis semua yang ada di kawasan Glodok tersebut.
Yang saya tahu adalah bahwa kawasan ini sangat dinamis. Sangat padat baik oleh penjual maupun oleh pembeli. Glodok memang sangat terkenal dengan barang elektroniknya.
Walapun ada pandangan miring sebagian orang tentang Glodok. Waktu saya tanpa sengaja bertemu dengan teman kerja saya di tempat tersebut, dia bertanya sambil tertawa karena menurutnya kawasan Glodok adalah tempat untuk membeli vcd porno.
Hal tersebut juga memang benar. VCD porno tersebut dijual di sekitar jembatan Glodok tepat di pinggir jalan kawasan Glodok. Kesan saya yang pertama tentang Glodok juga seperti itu. Awalnya saya tidak menyadari kalau ada tempat yang jauh lebih luas jika kita masuk ke dalam kawsan Glodok karena di saat kita turun dari mobil kita akan disambut dengan para penjual VCD porno yang memang mengambil posisi di pinggir jalan kawasan Glodok.
Penodaan terhadap kawasan Glodok ini berlangsung sudah cukup lama dan terus berlanjut hingga tulisan ini diposting.
Jadi pembaca kalau mau belanja ke Glodok jangan kaget dengan kehadiran para penjual VCD porno tersebut. Itu sudah lama berlangsung dan masuklah ke dalamnya dan anda akan menemukan barang-barang yang anda cari dengan harga yang murah meriah. Mulai dari TV, DVD Player, Kulkas, Sound System, Pusat Komputer, Mur dan Baut, Spare Part, Lighting dan masih banyak lagi.

03 Maret 2008

Sebenarnya kita sudah sering menyaksikan di stasiun tv swasta tentang perceraian selebriti. Pembaca tolong jangan beranjak dulu karena mungkin anda sudah muak dengan hal-hal seperti ini. Justru mungkin karena kita memiliki sikap yang sama penulis bermaksud berbagi dengan pembaca sekalian. Tadi pagi nih berita persetruan Dhani Ahmad dan Maya Estianty masih saja mewarnai infotaiment, dan mungkin di siang hari sampai sore masih akan ada lagi.
Ahmad Dhani yang sukses dalam industri musik Indonesia sama seperti istrinya juga sukses sedang berada di ujung tanduk perceraian.
Yang menarik adalah di saat kedua selebriti ini memiliki begitu banyak penggemar karena kehebatan di atas panggung pada saat yang sama juga terjebak dalam konflik rumah tangga. Penggemar yang ingin mencari tahu semua hal tentang suami istri ini pun tidak akan melewatkan berita konflik rumah tangga mereka. Memuat berita tentang selebriti yang sedang ngetop pasti akan laku di pasaran dan tidak peduli berita itu baik atau buruk. Mendidik atau merusak. Yang pasti pemilik program acara tv tersebut akan menuai keuntungan dari iklan yang masuk.
Jadi jangan heran kalau hampir setiap hari kita disuguhi sajian yang sama karena walaupun ada pihak yang sebenarnya bosan dengannya namun mungkin lebih banyak masyarakat yang suka bahkan hanyut dalam berita seperti itu.
Berita persetruan Dhani dan Maya sudah sangat lama, dan masyarakat selalu menunggu-nunggu hasilnya. Cerai atau tidak ! Sebenarnya itu kan intinya. Kalau cerai ya buruk dan kalau berbaikan kembali ya happy ending. Kalau misalnya happy ending yang mungkin gak terlalu buruk bagi masyarakat yang sudah mengikuti jalan cerita ini dari awal. Masyarakat bisa belajar tentang berumah tangga. Bagaimana sebuah keluarga selamat dari dari jurang perceraian.
Namun jika akhirnya cerai juga gimana? Ya mungkin masyarakat juga akan belajar mengenai kedua karakter seleb tersebut mengapa harus bercerai. Kedua kondisi itu baik bagi masyarakat sebagai alat untuk belajar mempertahankan sebuah rumah tangga.
Namun apakah hal ini yang merupakan dasar dari sebuah infotaiment. Penulis sendiri kurang tahu. Dan yang kita tahu bersama adalah sebuah infotaiment sudah mendapat keuntungan jika bisa menarik banyak penonton. Urusan kelanjutan faedah dari tayangan mereka sendiri kita tidak tahu. Bagi penulis sendiri tayangan tersebut membuat masyarakat larut dalam sebuah long story yang tidak tahu kapan berakhirnya. Dan mirip sekali dengan sebuah sinetron yang kebanyakan long story.
Coba kita perhatian sebuah sinetron. Cerita yang seharusnya sudah harus selesai diundur-undur terus agar bisa menguasai ruang waktu masyarakat. Dan masyarakat juga akan terjebak di dalamnya. Bayangkan saja berapa waktu yang dihabiskan oleh seseorang yang mengikuti jalan cerita sinetron tersebut. Dan yang lebih parah lagi adalah jika seseorang menyaksikan sebuah sinetron maka waktu dan tenaganya akan habis untuk sinetron itu. Pemirsa tersebut akan sulit untuk melakukan kegiatan lain. Berbeda misalnya kita mendengarkan radio sambil bekerja. Pekerjaan selesai, kita juga tidak ketinggalan berita atau informasi bermutu dari sebuah stasiun radio.
Tetapi memang begitulah masyarakat kebanyakan. Produser sangat mengetahui hal tersebut bahwa mayoritas masyarakat kita suka larut dalam cerita yang mudah dan enak dicerna. Dan tidak akan melewatkan cerita lanjutannya. Apalagi jika setiap akhir salah satu episodenya sangat mengundang rasa penasaran. Jangan di setiap akhir episode, rasa penasaran juga kadang dihadirkan sebelum masuk ke iklan supaya penonton jangan beranjak dari sana. Sementara itu mungkin ada program acara di stasiun tv lain yang sebenarnya sangat berbobot tetapi terpaksa dilewatkan begitu saja. Karena memang sebuah program yang bersifat edukatif kesulitan dalam menarik penonton.
Karena memang telah terbukti bahwa masyarakat mayoritas sangat mencintai sinetron maka sepertinya infotaiment pun mulai disajikan menyerupai sinetron. Sangat menyedihkan karena infotaiment itu real, namun telah menjadi tontonan asyik masyarakat. Kasihan pemainnya !

26 Februari 2008

Propinsi Sulawesi Selatan telah dimekarkan menjadi dua propinsi yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Akhir-akhir inipun kita sering membaca dan mendengar tentang rencana pembentukan propinsi Luwu Raya. Wilayah Luwu Raya ini sebelumnya adalah sebuah kabupaten yang sangat luas dan saat ini telah dimekarkan menjadi beberapa kabupaten. Batas-batas wilayah rencana pembentukan propinsi Luwu Raya sendiri belum jelas dan bukan tidak mungkin akan mencoba menambah wilayahnya dengan ke daerah lain di sekitarnya (baca : bukan ex kabupaten Luwu).
Jika kita memperhatikan peta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat maka Kabupaten Tana Toraja berada si posisi yang memungkinkan untuk bergabung dengan ketiga bakal hasil pemekaran propinsi tersebut yakni Sulawesi Barat, Luwu Raya dan Sulawesi Selatan. Kabupaten Tana Toraja berada tepat di sebelah barat Luwu Raya, Sebelah Timur Sulawesi Barat dan Sebelah Utara Sulawesi Selatan.
Toraja sendiri merupakan salah satu suku di Sulawesi Selatan yang berada di Kabupaten Tana Toraja. Ada sebuah pandangan umum dalam masyarakat yang penulis anggap kurang tepat yang mengatakan bahwa Suku Toraja terdiri dari satu kapupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja.
Penulis minta maaf kalau tidak mengetahui sejarah pembentukan Kabupaten Tana Toraja. Atas dasar apa pada saat itu batas-batas wilayah pemerintahannya ditentukan. Namun secara logika kita juga bisa mengambil kesimpulan sementara bahwa tidak mungkin garis perbatasan Kabupaten Tana Toraja ditentukan tepat berdasarkan batas Suku Toraja dengan suku lainnya karena hal itu akan sangat sulit untuk memilahnya mengingat adanya interaksi dengan suku lainnya di daerah peralihan yang sudah lama terjalin.
Hal ini akan membawa kita pada pemikiran akan beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah wilayah Kabupaten Tana Toraja lebih sempit dari wilayah di mana Suku Toraja berdiam. Kemungkinan kedua adalah sebaliknya, wilayah Kabupaten Tana Toraja lebih luas dari wilayah Suku Toraja. Kemungkinan ketiga adalah wilayah Kabupaten Tana Toraja melewati batas wilayah Suku Toraja di sebelah utara namun tidak menjangkau Suku Toraja di sebelah selatan. Dan kemungkinan-kemungkinan seterusnya di timur, barat, tenggara dan sebelah-sebelah lainnya.
Kita seperti terjebak dalam sebuah kerumitan namun lebih menguatkan kesimpulan sementara sebelumnya bahwa wilayah kabupaten Tana Toraja tidak sama dengan wilayah di mana Suku Toraja berdiam. Kesimpulan ini pula yang bisa membantu kita dalam mengambil jalan pintas dalam mencari tahu di wilayah mana sebenarnya Suku Toraja berada.
Jalan pintas yang saya maksud adalah dengan menguji benarkah dalam batas wilayh Kabupaten Tana Toraja berdiam sekelompok masyarakat dengan ciri khas Toraja secara keseluruhan atau apakah ada sekelompok masyarakat lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan Suku Toraja.
Jika kita lupakan dulu akan keberadaan perantau yang masuk ke Tana Toraja melalui jalur peradaban modern sebagaimana yang juga dilakukan oleh masyarakat Toraja sendiri ke daerah-daerah lain di seluruh Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa dalam wilayah Kabupaten Tana Toraja berdiam Suku Toraja seluruhnya. Hal ini dikuatkan juga oleh pemberian nama kabupaten ini dengan nama Tana Toraja. Sejauh ini pula tidak ada sekelompok masyarakat dalam Kabupaten Tana Toraja yang mengaku sebagai suku lain.
Dengan dasar fakta bahwa penentuan wilayah Kabupaten Tana Toraja tidak tepat berdasarkan keberadaan Suku Toraja dan fakta bahwa dalam Kabupaten Tana Toraja tidak ada suku lain maka dapat disimpulkan bahwa diluar kabupaten Tana Toraja masih ada Suku Toraja yang telah kehilangan identitas Toraja. Nama Toraja telah terpakai oleh hanya sebatas wilayah kabupaten yang lebih sempit dari keberadaan Suku Toraja.
Kita dapat melihat sendiri di daerah yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tana Toraja di sebelah barat, utara, timur atau selatan. Mungkin pembaca lebih mengetahuinya. Adanya ciri khas budaya mereka yang sama dengan budaya Toraja. Kita dapat mempertemukan hasil analisa kita dengan fakta yang ada.
Dengan melihat kembali rencana pemekaran propinsi Sulawesi Selatan maka keberadaan Suku Toraja yang berdiam di sebelah luar lingkar batas wilayah kabupaten Tana Toraja akan berada di propinsi yang berbeda. Apalagi jika kita mau membahas ke mana Tana Toraja akan bergabung. Terserah pembaca sendiri menilai kondisi ini buruk atau tidak jika ini benar-benar terjadi. Keberadaan sebuah sukupun tidak harus berada di bawah naungan satu pemerintahan setingkat propinsi. Paling tidak sebagai salah satu suku di Indonesia masyarakat Toraja tahu di mana sebenarnya keberadaan mereka secara keseluruhan serta memiliki pandangan tentang suku mereka tanpa dihalang-halangi oleh batas-batas wilayah pemerintahan karena batas wilayah pemerintahan itupun ditentukan untuk kesejahteraan rakyat.
Namun bukankah sebuah pemerintahan akan sangat beruntung jika berada dalam satu sistem kebudayaan yang sudah terbangun dalam kurun waktu yang sangat panjang. Dan tidak kesulitan dalam menampung aspirasi dari rakyatnya
Saya tunggu komentar dari pembaca sekalian

15 Februari 2008

Mendengar kritik pedas yang ditujukan terhadap kontestan Indonesian Idol atau American Idol itu sudah sering kita saksikan. Namun dalam suatu audisi American Idol yang ditayangkan Global TV 14 Februari 2008 ada sebuah kejadian yang cukup menarik. Ini adalah kesempatan kedua saya menyaksikan perjalanan audisi American Idol musim ke-7 dari sekian episode yang tidak sempat saya saksikan. Jadi saya bisa sedikit mengikuti arah perjalanan para kontestan melewati tahap demi tahap menuju 24 besar..
Seorang kontestan bernama Josiah yang dalam dua kali audisi sebelumnya memukau para dewan juri, pada penampilan ketiga menghadapai suatu masalah persiapan di mana sempat ditayangkan di acara tersebut sampai jam 3 dini hari persiapan band yang akan mengiringi dia belum siap sama sekali. Dan dia mengalami dua masalah besar yaitu tidak fit dan tidak ada persiapan band pengiringnya.
Besoknya Josiah telah berdiri di panggung yang tentu mengundang tanya seluruh hadirin dan penonton TV ada apa yang akan terjadi dengannya. Suasana tambah menimbulkan banyak tanda tanya ketika Josiah membubarkan Band yang akan mengiringinya dan menyuruh mereka meninggalkan panggung. Josiah pun bernyanyi tanpa iringan satupun alat sama sekali di mana pada tahap audisi tersebut semua peserta bernyanyi dengan iringan musik. Kondisi fisik Josiah pun yang tidak fit menjadikan suaranya sangat buruk.
Saya pastikan bahwa Josiah tidak lolos. Juri yang sangat kecewa perlahan-lahan mulai membuka suara dan tidak bisa berkomentar. Namun Randy mulai memberi harapan dan menyatakan bahwa sebenarnya Josiah punya talent. Dan dengan berat hati masih memberi kesempatan kepada Josiah. Komentar dari juri kedua Paula pun sama dan mengatakan iya. Dua suara pun berhasil dikantongi Josiah.
Dan terakhir komentar dari Simon dengan nada kesal mengatakan, " Kamu sudah mulai menjengkelkan dan terlalu percaya diri dengan membubarkan band yang akan mengiringi kamu".
Namun hasil akhirlah yang menentukan bahwa Josiah kali itu lolos. Saya sampai di situ berpikir, bagaimana jika kejadian ini terjadi di Indonesian Idol?. Timbul banyak pertanyaan di benak saya, apakah itu tidak menjadi masalah bagi kontestan yang disingkirkan ? Apakah juri American Idol tidak merasa bersalah dengan keputusan untuk meloloskannya ke 50 besar? Tentu saja alasan dewan juri mempertahankan Josiah karena telah melihat dua kali penampilan Josiah sebelumnya yang sangat luar biasa. Ini sebuah dilema. Bakat/talent bertarung dengan penampilan yang sebenarnya di atas panggung. Namun hari berikutnya saya membaca di situs American Idol kalau Josiah telah tersingkir dan tidak lolos 24 besar. Dan dalam kolom komentar saya cukup kaget dengan komentar para pengunjung situs tersebut yang merasa kecewa dan marah serta memaki-maki juri American Idol karena Josiah tidak lolos 24 besar.
Kejadian ini mengingatkan saya akan "audisi" di perusahaan perusahaan jika mencari karyawan baru. Nasib seseorang untuk bekerja di sebuah perusahaan ditentukan hanya dalam hitungan 15 menit. Sepertinya seorang pewawancara bisa menarik satu kesimpulan tentang diri seseorang dan mengambil keputusan untuk menerima atau menolak. Terlalu banyak kelebihan-kelebihan seseorang terlewatkan di hadapan pewawancara dan sebuah kesalahan sepele bisa menjadi penentu nasib orang tersebut.

12 Februari 2008

Gajah Mada adalah sebuah jalan di Jakarta yang menghubungkan Glodok dengan Harmoni. Glodok adalah pusat belanja yang sangat ramai mulai dari sparepart, komputer, elektronik, VCD, DVD dan masih banyak lagi. Sedangkan Harmony terkenal dengan kompleks perkantoran dan perbelanjaan Duta Merlin. Maka wajar saja kalau Jalan Gajah Mada cukup ramai. Di siang hari padat dan malam hari tidak pernah sepi sampai pagi. Maklum, daerah Glodok dan sekitarnya terdapat banyak tempat-tempat hiburan malam.
Jalan Gajah Mada sendiri terbentang sejajar dengan Jalan Hayam Wuruk dan hanya dipisahkan oleh kali Ciliwung. Sebenarnya pemandangan kota di sekitar kedua jalan ini cukup indah. Saya baru sadar akan keindahan itu pada saat menyaksikan pembangunan halte busway yang dibangun membentuk jembatan di atas Kali Ciliwung tersebut. Ada empat halte di Jalan Gajah Mada - Hayam Wuruk yang berbentuk jembatan yaitu Olimo, Mangga Besar, Sawah Besar dan HCB Harmony. Ruas Kali Ciliwung di jalan ini sedikit jadi perhatian masyarakat sejak beroperasinya busway. Apalagi di HCB Harmoni yang sangat padat dengan penumpang. Saya kadang kuatir apakah konstruksi halte HCB Harmoni masih kuat menampung penumpang pada jam-jam pulang kantor karena sangat sesak. Hehe mudah-mudahan gak rubuh ya.
Keindahan Kali Ciliwung lebih terasa di malam hari karena memantulkan cahaya lampu-lampu. Walapun bau tidak sedapnya gak hilang-hilang. Kita kan tahu mana ada Kali di Jakarta yang tidak berbau. Sekiranya kali-kali yang melintang di kawasan Jakarta ini bisa dikelolah dengan baik maka betapa indahnya Jakarta. Jakarta sebenarnya kota air makanya dalam pemerintahan Belanda dibangun sejumlah kanal untuk menghindari banjir.
Kita kembali ke Jalan Gajah Mada - Hayam Wuruk. Selain keindahan Kali Ciliwungnya di malam hari juga adanya kesibukan para pedagang makanan mulai membangun warung-warung tenda menjelang magrib. Jalan ini seperti disulap menjadi restoran yang sangat panjang. Dan kita bisa menemui berbagai makanan mulai dari masakan Indonesia sampai masakan China bahkan tidak ketinggalan juga warung-warung kopi dan mie instan.
Suatu malam saya sedang makan nasi goreng tiba-tiba teman saya menelpon dan menanyakan saya sedang berada di mana.
" Enak dong ya jam-jam begini makan di Gajah Mada", komentar teman saya.
" Nasi goreng doang kok makannya",jawab saya.
" Bukan masalah nasi gorengnya, tapi emang enak makan di Gajah Mada malam-malam"
" Iya sih, tempat ini asyik dan aku juga bisa makan yang murah"
" Dulu saya senang banget makan di daerah situ sebelum pindah ke Bekasi"
Saya juga sering mendapat komentar seperti ini dari teman-teman saya yang lain. Makanya pada saat kantor saya mau dipindahkan ke tempat lain teman-teman saya banyak yang sedih dengan alasan lebih mudah cari makan di daerah Gajah Mada. Angkot yang beroperasi juga 24 jam.
Makanya coba deh jalan-jalan ke Gajah Mada di malam hari, pasti asyik.

11 Februari 2008

Jembatan Busway Rusak

Kehadiran Busway mengakibatkan jembatan penyeberangan lebih difungsikankan lagi karena setiap penumpang yang akan membeli tiket harus melewati jembatan penyeberangan tersebut. Jadi orang yang malas memanfaatkan jembatan penyebrangan dengan terpaksa harus menggunakan jembatan penyeberangan. Proyek busway pun memanfaatkan jembatan penyeberangan yang sudah ada sebelumnya sehingga tinggal menambahkan konstruksi jembatan lama tersebut menjadi layak untuk dimanfaatkan oleh penumpang busway.
Namun suatu pemandangan yang sangat menyedihkan karena jembatan penyeberangan yang dibangun oleh transjakarta lebih cepat rusak dibandingkan dengan jembatan lama. Hal ini sangat terlihat jelas seperti di halte Bendungan Hilir Koridor Kota - Blok M di mana jembatan lama masih awet saja sedangkan jembatan baru yang dibangun oleh busway sudah rusak dan berlobang. Dan sangat menakutkan melihat lobang-lobang yang terjadi di situ.
Demikian juga jika kita mengamati atap jembatan yang dibangun di halte Olimo yang langsung beterbangan di bawa oleh angin.
Bahkan sebuah stasiun televisi swasta pernah menyiarkan separator busway yang baru dibangun di sekitar jalan Gatot Subroto yang sudah langsung rusak sedangkan trayek busway Pinang Ranti - Pluit yang melewati jalan tersebut belum dioperasikan.
Jadi hati-hati jika anda mau naik busway jika melewati jembatan-jembatannya. Banyak yang berlobang.




Toraja atau Tana Toraja adalah salah satu suku yang juga salah satu kabupaten di Tana Toraja yang cukup terkenal sebagai daerah tujuan wisata. Tana Toraja terletak di Propinsi Sulawesi Selatan. Kira kira 7 jam perjalan lewat darat dari kota Makassar. Banyak hal-hal unik yang terdapat di daerah ini yang menjadikannya layak sebagai tujuan wisata. Selain alamnya yang indah dan sejuk, Tana Toraja juga memiliki budaya yang sangat unik.


Yang sangat terkenal adalah pesta orang mati, di mana seorang dipestakan karena meninggal dengan memotong sejumlah kerbau atau babi. Hal ini sudah dilakukan turun temurun hingga saat ini. Walaupun sebagian anggota masyarakat tidak melakukan lagi adat tersebut dengan alasan bahwa pesta untuk orang mati hanyalah ritual agama asli (aluk to dolo).


Kerbau adalah binatang yang cukup banyak diperjualbelikan di Tana Toraja karena seringnya diadakan pesta orang mati.


Ada jenis kerbau yang sangat unik dan hanya terdapat di Tana Toraja yaitu kerbau belang. Orang Toraja menyebutnya Tedong Bonga. Tedong Bonga ini hanya terdapat di Tana Toraja dan tidak terdapat di belahan manapun di dunia ini. Walapun hal belum bisa dibuktikan secara ilmiah namun hingga sekarang memang belum pernah ada orang yang melihat Tedong Bonga selain di Tana Toraja. Tedong Bonga ini juga harganya jauh lebih mahal dari kerbau biasa.

09 Februari 2008

Pemulung adalah orang yang pekerjaannya mencari barang barang bekas yang sudah tidak terpakai lagi. Dan paling banyak dari pemulung adalah mencari barang bekas berbahan plastik seperti bekas botol atau gelas air mineral. Barang bekas berbahan plastik paling banyak mereka cari karena mungkin lebih mudah untuk menjualnya kembali. Jadi bisa dikatakan bahwa pemulung adalah pengumpul barang bekas plastik.
Dalam sebuah acara radio Utan Kayu dijelaskan bahwa plastik yang terkubur ke dalam tanah baru bisa terurai setelah 300 tahun. Jadi lamanya plastik bertahan dalam tanah lebih dari tiga kali lipat umur manusia. Kalau dibakar maka akan menimbulkan polusi udara dan kalau dibiarkan akan menimbulkan banjir. Buktinya di sepanjang kali yang ada di Jakarta banyak sekali terdapat sampah-sampah plastik.
Mendaur ulang plastik adalah langkah yang sangat tepat untuk melestarikan tanah, udara dan air kita. Pemulung adalah orang yang sangat berperan penting dalam mengurangi tercemarnya tanah oleh plastik. Jadi pemulung yang kita pandang sebelah mata itu adalah penyelamat lingkungan kita. Sebuah profesi yang perlu dihargai.

Dalam Acara Kick Andy Metro TV Kamis 7 Februari 2008 saya sangat terkesan dengan acara tersebut, walapun materi dari program-program Kick Andy sebelumnya juga tidak kalah menariknya. Kepada anda yang mungkin tidak sempat menonton acara tersebut, inilah penjelasan singkatnya.
Acara ini dilangsungkan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, di mana ada sebuah berita yang sangat menarik bahwa di dalam lapas tersebut telah dibuka perkuliahan tentang Hukum. Dalam acara tersebut presenter Andy F Noya bertanya kepada beberapa peserta kuliah tersebut yang tak lain adalah napi Lapas Cipinang. Hampir semuanya memberikan komentar bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil setelah mereka belajar langsung tentang hukum. Seorang peserta kuliah tersebut memberi komentar bahwa betapa hukum di Indonesia tidak berjalan sesuai dengan hukum yang sedang dia pelajari. Adapun materi kuliah tersebut dibawakan oleh dosen dari Universitas Bung Karno. Mereka merasakan perlakuan tidak adil oleh hukum di Indonesia.
Hal ini membawa kita kembali kepada masalah kasus Suharto yang akhir-akhir ramai dibicarakan setelah meninggal dunia. Bahkan semakin tidak jelas. Setelah sempat jadi perdebatan bahwa dia diberi gelar pahlawan atau tidak. Status hukumnya pun mulai dilupakan kembali seperti pada saat dia masih hidup. Kini berita tentang status hukum Suharto perlahan-lahan mulai memudar, dan mungkin perhatian pun beralih kepada kehidupan nyata sehari-hari. yakni semua harga kebutuhan pokok yang terus naik. Terutama masalah bahan pokok untuk keperluan rumah tangga yang terus naik.
Seorang peserta dalam Lapas tersebut mengatakan bahwa banyak orang lain yang juga seharusnya dipenjara tetapi tidak tertangkap. Saya rasa itu benar dan kita semua setuju bahwa masih begitu banyak koruptor di negri ini yang tidak tersentuh oleh hukum. Hal ini menimbulkan simpati kepada mantan pejabat yang dipenjara karena kasus korupsi. Orang yang dipenjara telah membayar apa kejahatan yang telah dilakukannya. Mereka telah melakukan pembersihan diri. Dan beberapa dari mereka sedang belajar tentang hukum. Mereka adalah mahasiswa hukum sekaligus juga menjadi contoh kasus "laboratorium hukum". Mereka di penjara demi untuk keadilan, namun hukum sendiri tidak bertindak adil. Sebagian bisa lolos dari hukum itu sendiri.
Mudah-mudahan secerca sinar sedang dinyalakan dari Lapas Cipinang untuk menerangi gelapnya hukum di negri yang kita cintai ini.

06 Februari 2008

Saya pernah memposting artikel tentang ATM di blog ini sebelumnya. Alasan saya untuk kembali membahas kelanjutan dari hal ini karena melihat ada beberapa hal yang membuat saya merasa agak terpaksa untuk membahasnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa ATM hanyalah salah satu alternatif untuk melakukan penarikan tunai dari bank selain penarikan lewat teller. Kebanyakan nasabah menghindari teller dan lebih memilih ATM untuk melakukan penarikan tunai. Padahal melakukan penarikan tunai di ATM juga beresiko. Bank biasanya lebih suka nasabahnya bertransaksi di ATM daripada di teller karena itu dianggap lebih efisien. Makanya bank-bank besar berusaha membangun ATM sebanyak mungkin dan lebih gampang dijangkau oleh nasabah. Apalagi ATM kebanyakan beroperasi 24 jam. Terang saja nasabah kadang tidak bisa lagi menghindari transaksi lewat ATM. Untuk itu saya ingin membagi sedikit pengalaman bertransaksi di ATM khususnya penarikan tunai. Karena saya bekerja di balik layar pengisian ATM maka saya ingin berbagi dengan anda. Sebaiknya berhati-hati. Kenapa?
Uang dari ATM bisa palsu. Ah, masa iya. Mungkin anda kurang percaya, tetapi mungkin ada juga di antara anda yang pernah mengalami langsung atau teman anda yang mengalaminya. Hal ini bukan karena unsur kesengajaan dari bank yang bersangkutan, tetapi lebih disebabkan oleh kelemahan sistem dari bank tersebut.
Saya mau jelaskan bahwa mesin yang digunakan untuk menghitung uang ke ATM belum tentu memiliki alat untuk mendeteksi uang palsu. Dan kasir yang melakukan perhitungan uang tersebut walaupun memenuhi standar prosedur tidak ada jaminan bahwa uang palsu tidak akan lolos. Jadi masuk akal kalau ada yang mengatakan, pernah menemukan uang palsu dari ATM. Masalahnya akan semakin sulit pada saat nasabah yang menemukan uang palsu tersebut mengeluh ke bank bersangkutan. Kenapa ?
Perlu anda tahu bahwa uang kesayangan kita "rupiah" itu tidak terdata nomor serinya dalam melewati tahap-tahap transaksi sebelum sampai di ATM. Mungkin anda pernah melakukan transaksi di money changer misalnya, anda menukar rupiah dengan dolar, maka dolar yang diberikan kepada anda terdata nomor serinya di money changer tersebut. Jadi jika dollar yang anda bawa bermasalah anda dengan mudah bisa mengeluh ke money changer tersebut kembali. Dan bisa dibuktikan bahwa dollar tersebut memang berasal dari tempat tersebut.
Namun bagaimana dengan rupiah ? Nasabah yang menarik uang palsu rupiah dari ATM tidak punya bukti yang kuat bahwa uang yang ditarik tersebut benar-benar dari ATM bank yang bersangkutan. Karena nomor seri yang saya maksud di atas tadi tidak terdata. Kalau bank mengatakan itu bukan uang dari mereka maka nasabah tidak bisa berbuat banyak. Namun sebaliknya juga bank sebenarnya tidak ada alasan ataupun bukti untuk mengatakan kalau uang itu bukan dari mereka. Jadi baik nasabah yang tidak punya bukti kuat untuk mengatakan uang palsu dari bank tersebut, demikian juga dengan bank tidak punya bukti yang kuat untuk mengatakan kalau uang palsu itu bukan dari mereka. Di sini letak permasalahannya.
Saya pernah membahas masalah ini dengan seorang teman dan dia mengatakan bahwa nasabah bisa menghindari masalah tersebut dengan cara : pada saat nasabah mengambil uang pertama nasabah harus sortir secara manual, kemudian jika terdapat uang palsu maka nasabah tersebut bisa menunjukkan nomor seri uang palsu tersebut pada kamera yang ada di dalam ruang ATM. Dengan catatan sebelum mengambil uang tunjukkan bahwa tangan nasabah kosong dan tangan nasabah tidak boleh ke mana-mana seperti merogo saku atau lainnya, sampai nasabah yakin bahwa uang yang ditarik dari ATM tidak bermalah. Namun hal ini hanyalah sebuah perbincangan dengan seorang teman. Bank sendiri setahu saya tidak pernah memberi trik bagaimana jika ketemu dengan uang palsu dari ATM. Kemudian keberadaan kamera pada setiap ATM pun masih dipertanyakan ada apa gak. Dan apakah kamera tersebut juga bisa menunjukkan dengan jelas nomor seri uang yang ditunjukkan oleh nasabah atau apakah kamera tersebut benar-benar berfungsi.
Jadi, apa boleh buat saya lebih menyarankan anda untuk bertransaksi lewat teller saja, dan hati-hati juga sebelum meninggalkan teller sortir uang anda dan minta tukar kembali bila anda menemukan uang palsu. Kalau anda baru sadar kalau uang itu palsu setelah meninggalkan teller maka anda telah kehilangan uang anda. Ya nggak?

30 Januari 2008

Karena kelelahan berdiri cukup lama di sebuah halte busway, saya mencoba menyetel radio ponsel saya dan mencoba mendengarkan radio Trijaya FM kesayangan saya. Saya terperanjat kaget mendengar kabar, Suharto, mantan presiden RI ke 2 telah meninggal dunia, setelah dalam beberapa minggu terakhir kebanyakan media-media besar di Indonesia memberitakan kondisi kesehatan Suharto sebagai berita-berita utamanya. Bahkan sebelum meninggal pun suasana Astana Giribangun sempat dilaporkan oleh beberapa stasiun TV akan persiapan yang dilakukan di tempat pemakam Suharto tersebut.

Dan ternyata benar beberapa hari kemudian Suharto benar-benar telah meninggal dunia. Mantan penguasa orde baru tersebut meninggalkan kesan yang sangat berkesan di hati masyarakat Indonesia bahkan beberapa pemimpin dunia pun mengakui kehebatan Suharto. Kontroversi pun mulai mengalir entah itu dari golongan rakyat miskin dan kelas menengah, maupun dari kelas elit bahkan sampai ke publik figur dan pejabat. Bagaimana tidak, status hukumnya yang tidak jelas serta pro dan kontra dalam masyarakat sejak ditumbangkan oleh gerakan-gerakan mahasiswa dan kalangan profesional bercampur menjadi satu paket yang menghasilkan sebuah dampak dalam masyarakat yaitu : kontroversi.

Indikator yang sangat nyata dari kontroversi ini adalah berkibarnya bendera setengah tiang di pemukiman warga dan gedung-gedung perkantoran di mana sebagian mengibarkan bendera dan sebagian tidak. Setengan tiang, setengah hati. Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda akan status Suharto sendiri. Benarkah dia seorang yang bersalah atau tidak ? Apakah orang yang bersalah setelah meninggalpun tidak boleh dihormati ? Apakah pemerintahan Suharto lebih buruk daripada pemerintahan sekarang ? Segudang pertanyaan bermunculan dalam masyarakat mulai dari gedung-gedung perkantoran yang megah sampai ke warung-warung kopi.

Status hukum Suharto juga tidak jelas sama sekali, sampai hari ini tidak ada bukti secara hukum untuk menyatakan Suharto bersalah atau tidak. Namun dalam masyarakat sendiri berkembang pro dan kontra apakah Suharto sebaiknya diampuni saja kesalahannya atau tidak. Sikap untuk mengampuni Suharto merupakan jalan pintas atas kebuntuan proses hukumnya. Namun satu hal bahwa negara ini adalah negara hukum. Segala sesuatu hal harus jelas secara hukum.

MUngkin kita perlu sedikit penyegaran bagaimana Suharto digulingkan karena beberapa alasan. Salah satu alasan tersebut adalah karena dia korupsi. Namun digulingkannya Suharto menyebabkan juga sistem politik yang dibangunnya juga runtuh. Suharto telah membangun sebuah kondisi di mana seluruh kekuasaannya benar-benar menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara. Pegawai Negri dijadikan alat untuk memperkuat partainya yang disebutnya Golongan Karya. Dia membangun sebuah pengaruh sehingga berpolitik dipandang negatif dalam masyarakat. PDI dan PPP dipandang sebelah mata oleh rakyat karena rakyat terpengaruh oleh opini bahwa berpolitik itu tidak baik. Yang baik adalah berkarya dan bekerja sehingga orang yang senang bekerja dan berkarya sebaiknya masuk ke Golongan Karya. Pegawai negri pun berada dalam pengaruh yang sangat kuat bahwa yang memberikan gaji kepada mereka adalah Golkar. Tidak diharuskan oleh pemerintah untuk memilih Golkar tetapi pegawai negri digaji oleh Golkar. Pegawai negri hidup dari Golkar. Ini salah satu cara yang digunakan Suharto untuk mempertahankan kekuasaannya.

Adalagi cara lain dengan memberikan hadiah kepada suatu desa atau kelurahan jika 100% rakyatnya memilih Golkar. Saya masih ingat persis di TPS orang tua saya waktu itu setelah perhitungan suara 100% memilih Golkar, suara riuh tepuk tangan berkumandang setelah pemeriksaan lembar terakhir dan ternyata juga mencoblos Golkar. Hadiah untuk sebuah desa yang 100% memilih Golkar bisa berupa pembangun instalasi listrik, irigasi, jaringan telpon atau pembangunan atau pengaspalan jalan.

KOndisi yang dibangun Suharto pun sudah runtuh. Beragam partai kembali menghiasi panggung politik Indonesia, bahkan presiden yang berkuasa sekarang pun dipilih secara langsung. Tinggal satu hal kenapa status hukumnya tidak jelas. Dalam kondisi seperti itupun korupsi masih terus terjadi dalam berbagai lapisan pemerintahan.

Hukum adalah dasar yang kuat untuk membangun sebuah negara yang adil. Seluruh proses untuk menjalankan program pemerintah memerlukan aliran dana. Dana yang mengalir dalam sistem pemerintahan ibarat darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Bisa dibayangkan bagaimana lemahnya sebuah negara jika dana yang mengalir di dalamnya disedot di mana-mana. Seperti dana bencana alam, pendidikan, pembangunan proyek-proyek pemerintah dan lain.

Korupsi Suharto adalah rumput pengganggu yang sangat kuat dalam negara ini. Jika masalah korupsi Suharto bisa diselesaikan maka mungkin korupsi-korupsi yang lain pun bisa di atasi. Namun sayang sekali tanpa penyelesaian hukum yang jelas seperti ini dan tanpa pembuktian yang jelas maka untuk menyatakan Suharto korupsi pun kita jadi ragu. Terus bagaimana ? Masyarakat sangat butuh kejelasan dan sebuah ketegasan. Bersalah atau tidak. Atau bangsa ini akan terus berada dalam kontroversi tentang Suharto?

Bagaimana mungkin kita akan membangun sebuah negara dengan beribu ketidakpastian ?

25 Januari 2008

Pinjaman

Saat itu saya sedang di rumah ketika saya ditelpon oleh seorang sales salah satu bank asing yang cukup terkemuka di Indonesia.
" Halo", saya membuka pembicaraan
" Halo selamat pagi pak, begini pak, bapak mendapat kesempatan dari bank kami untuk mendapatkan pinjaman tunai sebanyak maksimal tiga kali dari batas limit kartu kredit bapak.", jawabnya.
" Ibu tahu dari mana saya pakai kartu kredit, kartu kredit saya kan dari bank lain", tanya saya.
"Ya kita kan ada link dengan bank lain, data bapak cukup bagus makanya kami menawarkan pinjaman ini", jawabnya
"Gitu ya", jawab saya dengan sedih mengingat tagihan kartu kredit saya yang belum lunas hingga sekarang. Sekali terperosok ke dalam lubang pinjaman maka akan sangat sulit untuk keluar dari sana. Tetapi kok dibilang bagus sih, bukannya ini kondisi buruk bagi keuangan saya sendiri. Bayangkan saja, saya bahkan sudah hampir lupa pinjaman kartu kredit saat itu dipakai untuk keperluan apa, tetapi sampai saat ini surat tagihannya masih terus datang dan berdasarkan data tagihan itu kalau belum juga lunas.
"Halo", saya terperanjak kaget dari lamunan saya
"Iya"
"Jadi gimana,kira-kira bapak tertarik gak dengan tawaran dari kami"
.....
.....
kami berbicara cukup lama karena saya sedang ditawarin jumlah yang cukup besar, siapa tahu ini salah satu solusi bagi kondisi keuangan saya. Namun saya juga tidak sembarangan dalam menerima tawaran tersebut. Pembicaraan itu pun diakhiri tanpa kesepakatan dan sales tersebut berjanji akan menelpon saya kembali sekalian untuk menjelaskan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelanjutannya.
Saya cukup lega setelah tahu kalau telponnya sudah terputus. Keputusan kembali di tangan saya. Bagi saya sales tersebut cukup hebat, karena bisa mempengaruhi saya untuk mengambil sebuah keputusan yang cukup besar bagi saya. Sekarang logika saya lah yang harus memutuskan, kalau saya perlu meminjam atau tidak.
Berbicara tentang pinjaman, cukup panjang untuk dibahas karena ada orang yang menjadi bangkrut karena kesalahan perhitungan dalam meminjam tetapi ada juga orang yang bisa menjadi pengusaha berkat pinjaman sebagai modalnya.
Saya pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang mengajak orang untuk pandai-pandai dalam membuat perhitungan dengan bank. Walapun saya hanya membaca secara sepintas tetapi ada beberapa point yang saya bisa tangkap dari sana. Menurut Kiyosaki bahwa bank-bank kadang melumpuhkan logika kita dan membangkitkan emosi kita dalam menawarkan produknya. Kata ajaib yang sering dilontarkan bank adalah "Cicilan Ringan". Kita hanya difokuskan bahwa tidak akan bermasalah dalam membayar cicilan-cicilan itu. Bahkan kadang kita hanya berpikir kalau cicilan pertama saya bisa saya lunasi, cicilan selanjutnya nanti dipikirkan lagi lah bagaimana caranya. Kita kadang lupa berpikir jauh ke depan, dan hanya berpikir sangat pendek.
Jika sudah begitu maka kita sudah menjadi aset oleh bank itu dan tagihan dari bank menjadi kewajiban kita, yang disebut liabilitas. Jadi pinjaman kita di bank merupakan aset bank tersebut tetapi dipihak kita itu adalah liabilitas. Aset menambah kaya tetapi liabilitas membuat miskin. Tetapi satu hal juga yang kita harus ingat bahwa pinjaman itu juga bisa dijadikan aset. Jadi untuk sementara menjadi liabilitas tetapi kemudian menjadi aset. Contoh kecil jika kita meminjam uang untuk membeli sebuah rumah dan suatu saat rumah itu akan lunas, tetapi rumah itupun bisa kita jadikan aset untuk dikontrakkan. Bagaimana jika rumah itu rusak dan cicilannya juga belum habis? itu juga akan menjadi sebuah perhitungan, namun rumah itu kan beridiri di atas tanah yang harganya terus naik. Makanya banyak orang yang sudah berpengalaman lebih suka membeli tanah untuk investasi. Karena tanah itu tidak akan pernah rusak malah nilainya nambah terus, dibandingkan dengan mobil misalnya makin lama makin menyusut.

Gaji

Apa yang akan dibahas jika dua karyawan dalam satu perusahaan bertemu ? Misalnya secara kebetulan ketemu di jalan, atau ketemu di kantin, atau sempat ada waktu untuk berbincang sambil bekerja ?
Jika pertanyaan ini kita jadikan pertanyaan untuk survey kuis family 100 yang sempat ngetop di AN TV dan Indosiar maka saya yakin bahwa angka tertinggi adalah membahas masalah gaji. Topik lain yang dekat-dekat dengan itu adalah masalah jabatan, atasan dan beratnya kerjaan. Namun kalau yang dibahas adalah bagaimana mencari pekerjaan baru maka bisa dipastikan kalau karyawan tersebut benar-benar sudah tidak menyukai lagi pekerjaannya dan hanya tinggal sekedar bertahan.
Namun kadang saya juga heran yang sering mendapat pekerjaan baru itu adalah karyawan yang jarang mengeluh atau yang enjoy dengan pekerjaannya. Kebingungan saya sedikit terjawab setelah sempat membaca sepintas sebuah buku tentang teknik wawancara kerja. Pewawancara yang mendapati kalau calon karyawan tersebut adalah type banyak mengeluh maka akan sulit sekali untuk diterima bekerja. Biasanya pewawancara akan memancingnya dan tanpa sadar si calon karyawan akan mengeluarkan segala unek-unek tersebut serta menyampaikan segala hal-hal buruk pada perusaahaan yang dia ingin tinggalkan. Yang parah jika keburukan-keburukan yang disampaikannya juga ada pada perusahaan tempat dia akan melamar. Akan sulit sekali untuk diterima. Itu yang saya tangkap dari buku tersebut.
Saya jadi cukup bingung apa mungkin kita bisa berbicara hal yang baik-baik saja sedangkan di hati kita banyak hal-hal yang kurang menyenangkan? Soalnya saya juga kadang pengen cari-cari pekerjaan baru. Terus kalau memang itu sebuah keburukan kenapa ya harus ditutupi ? Atau apakah kita sebagai karyawan yang hidupnya dari perusahaan harus selalu bersikap seperti itu. Gimana jika memang perusahaan itu memeng melakukan pelanggara terhadap undang-undang ketenagakerjaan?

18 Januari 2008

ATM

ATM dalam bahasa Indonesia adalah singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah singakatan dari Automatic Teller Machine. Jadi dari dua bahasa yang berbeda dan disingkat masing-masing menjadi sama yaitu ATM. Kenapa saya kali ini mau membahas tentang ATM? Mungkin para netter jauh lebih tahu dari saya karena lebih sering menggunakan ATM. Namun saya punya segudang cerita tentang ATM dan lebih memfokuskan pada apa yang terdapat di dalamnya. Maksud saya bukan bagian dalam mesin tersebut tetapi isinya yaitu uang cash. ATM pada awalnya lebih dikenal oleh masyarakat dan mungkin sampai saat ini masih sangat populer sebagai mesin untuk menarik uang cash. Namun saat ini sudah bisa digunakan untuk macam-macam transaksi non tunai. Saya tidak akan membahas transaksi non tunai di ATM tetapi lebih kepada transaksi tunai yaitu penarikan uang tunai dari internet.
Hal ini dimulai dari saat saya wawancara untuk sebuah perusahaan di daerah Jakarta dan saat itu pewawancara sepertinya sangat ingin tahu sifat-sifat saya apakah jujur atau tidak. Dalam hati saya bertanya tanya walaupun jujur tetapi tidak punya keahlian gimana ? Kejujuran memang perlu tetapi itu bukan modal utama menurut saya. Dari hasil wawancara tersebut saya sudah ada bayangan akan perusahaan tersebut yang ternyata bergerak di bidang sekuriti perbankan. Saya juga baru tahu saat itu sebagian bank terutama bank besar ternyata tidak mengelolah ATM mereka sendiri tetapi dipercayakan kepada perusahaan yang sanggup mengelolah ATM yang disebut perusahaan vendor. Jadi pengisian uang ke ATM tidak dilakukan langsung oleh bank tersebut melainkan bank hanya melakukan penyerahan uang tersebut ke perusahaan vendor untuk sejumlah ATM yang dikelolah oleh vendor dan memberikan instruksi pendistribusian uang tersebut dan selesai. Bank tinggal menunggu laporan hasil pengisian dari perusahaan vendor setiap harinya. Resiko akan hilangnya uang tersebut di tangan vendor akan dipertanggung jawabkan oleh vendor itu sendiri.
Setelah melalui dua kali proses wawancara perusahaan tersebut menelpon saya kalau saya diterima bekerja dan ditempatkan pada bagian Cash Processing.
Pertama kali masuk ke ruang Cash Processing tersebut saya kaget melihat uang yang jumlahnya puluhan milyar rupiah di mana pada waktu itu denominasi (pecahan) yang paling banyak untuk ATM adalah denominasi 50.000. Pengisian uang ke ATM itu menggunakan kotak yang disebut catridge. Uang dimasukkan ke dalam catridge dan kemudian catridge dibawa dengan pengawalan ketat ke lokasi ATM. Catridge inilah yang langsung dimasukkan ke dalam ATM dengan mengganti catridge sebelumnya di ATM yang sudah hampir kosong. Jadi setiap kali kunjungan pengisian ke sebuah ATM maka otomatis juga akan dilakukan penarikan dari ATM tersebut. Pengisian catridge yang baru diisi dengan uang dan panarikan catridge yang sudah hampir kosong. Walapun ada beberapa kunjungan khusus yang tidak seperti itu seperti dengan hanya melakukan pengisian saja atau hanya melakukan penarikan saya.
Jumlah catridge yang bisa masuk ke mesin ATM umumnya antara 1 sampai 4 catridge. Satu catridge bisa menampung maksimal 2500 lembar uang. Jadi maksimal uang yang bisa ditampung oleh satu ATM adalah 10.000 lembar untuk denominasi 50.000 maka maksimal jumlah uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 50.000 = Rp 500.000.000 sedangkan untuk denominasi 100.000 berarti uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 100.000 = Rp 1.000.000.000 = Rp 1 Milyar ( satu em). Namun jumlah itu sangat maksimal. Jumlah yang paling sering untuk bank-bank besar rata-rata antara 100 juta hingga 400 juta untuk denom 50.000 dan untuk denom 100.000 antara 200 juta hingga 800 juta. Bahkan untuk bank-bank yang kecil kadang bisa melakukan sekali pengisian sampai cuma sebesar Rp 50.000.000.

17 Januari 2008

Bendera Kuning

Hari mulai menjelang malam ketika saya sedang dalam perjalanan untuk liburan di rumah saudara saya di daerah Cibubur. Saya menyukai daerah tersebut karena udara di sekitarnya masih segar, tidak seperti tempat saya kost di daerah Jakarta Pusat yang sangat padat dan agak kumuh. Suntuk sekali jika liburan dan hanya berdiam diri di tempat kost, paling hanya bisa baca koran dan jika sudah selesai mau apalagi? Bingung!
Lagi pula di saat liburan saya bermaksud melupakan semua tentang hal-hal yang membosankan di kantor termasuk lingkungannya karena tempat kost saya sangat dengan kantor saya. Saya ingin melupakan semuanya itu biarpun liburan saya sebenarnya tidak cukup dua hari, namun harus dinikmati. Makanya saya rela berdesak-desakan dan berdiri dalam bus transjakarta dengan harapan sebentar lagi akan kembali menghirup segarnya udara Cibubur. Bus transjakarta yang saya tumpangi semakin mendekati terminal Kampung Rambutan namun tiba-tiba ponsel saya berdering. Melihat nomor baru tersebut di ponsel saya saya tersentak karena akhir-akhir ini saya rajin mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan dengan harapan bisa mendapatkan perkerjaan yang lebih baik. Dan benar telpon tersebut langsung mengecek nama lengkap saya sambil bertanya.
"Iya betul", jawab saya mengiyakan pertanyaan si penelpon
"Bapak pernah mengirim surat lamaran ke perusahaan kami ?",tanya si penelpon
"Iya betul"
"Begini pak, kami ada panggilan interview untuk bapak besok jam 10 pagi, kira-kira bapak bisa?"
"Bisa", saya gak sempat berpikir apa saya sempat datang besok, tapi yang saya tahu yang namanya panggilan interview itu saya akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melewatkannya, siapa tahu nasib bisa berubah.
" Bapak silahkan datang besok di alamat kami"
Setelah saya mencatat alamat lengkapnya saya baru tersentak kalau lokasinya cukup jauh dari daerah Cibubur, apalagi saya nggak yakin kalau fotocopy dokumen dokumen saya masih ada di sana. Ampun deh, saya sempat bingung mau gimana, apa mau balik ke tempat kost untuk bersiap interview besok di mana dokumen-dokumen untuk melamar dijamin lengkap atau meneruskan perjalanan ke Cibubur dengan seribu tanda tanya akan keberadaan fotocopy dokumen-dokumen saya. Walaupun dulunya saya tinggal di sana juga sebelum dapat pekerjaan di daerah Jakarta Pusat
Orang-orang di rumah saudara saya heran melihat saya yang baru datang tapi langsung sibuk mencari sesuatu.
"Kayaknya sih ada deh tapi di mana ya pernah melihatnya", jawab kakak saya setelah tahu saya sedang mencari foto copy ijazah saya.
Tiba tiba ponsel saya berdering kembali dan ternyata telpon dari kantor saya.
"Bapak sangat diharapkan besok bisa masuk malam, saya sudah berusaha menelpon yang lain tetapi susah sekali dihubungi.", suara atasan saya bernada sangat memohon karena mungkin cukup memahami kondisi saya yang baru mau liburan tetapi terpaksa harus bekerja.
Huh, jadi gimana ya, apalagi saya belum mengetik surat lamaran saya dan kelengkapan dokumen-dokumen pendukung, di mana harus diketik di luar karena tidak ada komputer. Untung beberapa saat kemudian fotocopy dokumen-dokumen itu ditemukan. Berarti tinggal satu lagi masalah. Saya harus segera keluar untuk mengetik lamaran.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam ketika petugas rental komputer memperingati saya bahwa sebentar lagi rentalnya akan tutup. Untung juga saya sudah hampir selesai. Dan... persiapan untuk wawancara besoknya boleh dibilang ok. Walapun yang siap hanya surat lamaran doang, sedangkan saya sendiri gak siap untuk test tertulis dan wawancara. Mana sempat!
Sekarang saatnya istirahat karena besok pagi-pagi harus berangkat lagi. Apalagi lokasi wawancara belum terbayang sama sekali.
Saya buru-buru ke warung membeli obat anti nyamuk, namun sedikit tergoda untuk melihat nama yang tertulis pada sebuah bendera kuning yang terpancang di sudut jalan. Setahu saya bendera kuning adalah bendera kematian yang memang sering juga saya lihat di kompleks rumah kakak saya, namun itu sudah terkesan biasa karena memang penduduk kompleks yang sangat luas itu jumlahnya cukup banyak. Dan biasanya tidak tertulis nama yang meninggal di benderanya.
Sangat sangat tersentak kaget setelah melihat nama tersebut ternyata saya kenal dan rumahnya dekat sekali dengan rumah kakak saya. Bahkan saya sempat kenal dan berbincang-bincang dengan salah satu anggota keluarganya saat masih tinggal di kompleks tersebut. Jangankan tahu dia sakit atau gak, kabar tentang dia pun saya sudah lama tidak mendengarnya apalagi saya sudah tidak sesempat dulu bisa dekat dengan tetangga di kompleks itu. Betapa saya tidak peduli dengan lingkungan saya, hingga kematian sebagai akhir dari kehidupan seseorang di muka bumi ini telah selesai. Betapa saya begitu asyik mengejar kehidupan saya tanpa menyadari bahwa kehidupan bukan hanya di dunia namun kehidupan yang lain ada setelah kematian. Bendera kuning itu adalah peringatan yang baik karena menyadarkan manusia kalau suatu saat kita tidak bisa menghindar dari kematian.

 

blogger templates | Make Money Online