18 Januari 2008
ATM dalam bahasa Indonesia adalah singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah singakatan dari Automatic Teller Machine. Jadi dari dua bahasa yang berbeda dan disingkat masing-masing menjadi sama yaitu ATM. Kenapa saya kali ini mau membahas tentang ATM? Mungkin para netter jauh lebih tahu dari saya karena lebih sering menggunakan ATM. Namun saya punya segudang cerita tentang ATM dan lebih memfokuskan pada apa yang terdapat di dalamnya. Maksud saya bukan bagian dalam mesin tersebut tetapi isinya yaitu uang cash. ATM pada awalnya lebih dikenal oleh masyarakat dan mungkin sampai saat ini masih sangat populer sebagai mesin untuk menarik uang cash. Namun saat ini sudah bisa digunakan untuk macam-macam transaksi non tunai. Saya tidak akan membahas transaksi non tunai di ATM tetapi lebih kepada transaksi tunai yaitu penarikan uang tunai dari internet.
Hal ini dimulai dari saat saya wawancara untuk sebuah perusahaan di daerah Jakarta dan saat itu pewawancara sepertinya sangat ingin tahu sifat-sifat saya apakah jujur atau tidak. Dalam hati saya bertanya tanya walaupun jujur tetapi tidak punya keahlian gimana ? Kejujuran memang perlu tetapi itu bukan modal utama menurut saya. Dari hasil wawancara tersebut saya sudah ada bayangan akan perusahaan tersebut yang ternyata bergerak di bidang sekuriti perbankan. Saya juga baru tahu saat itu sebagian bank terutama bank besar ternyata tidak mengelolah ATM mereka sendiri tetapi dipercayakan kepada perusahaan yang sanggup mengelolah ATM yang disebut perusahaan vendor. Jadi pengisian uang ke ATM tidak dilakukan langsung oleh bank tersebut melainkan bank hanya melakukan penyerahan uang tersebut ke perusahaan vendor untuk sejumlah ATM yang dikelolah oleh vendor dan memberikan instruksi pendistribusian uang tersebut dan selesai. Bank tinggal menunggu laporan hasil pengisian dari perusahaan vendor setiap harinya. Resiko akan hilangnya uang tersebut di tangan vendor akan dipertanggung jawabkan oleh vendor itu sendiri.
Setelah melalui dua kali proses wawancara perusahaan tersebut menelpon saya kalau saya diterima bekerja dan ditempatkan pada bagian Cash Processing.
Pertama kali masuk ke ruang Cash Processing tersebut saya kaget melihat uang yang jumlahnya puluhan milyar rupiah di mana pada waktu itu denominasi (pecahan) yang paling banyak untuk ATM adalah denominasi 50.000. Pengisian uang ke ATM itu menggunakan kotak yang disebut catridge. Uang dimasukkan ke dalam catridge dan kemudian catridge dibawa dengan pengawalan ketat ke lokasi ATM. Catridge inilah yang langsung dimasukkan ke dalam ATM dengan mengganti catridge sebelumnya di ATM yang sudah hampir kosong. Jadi setiap kali kunjungan pengisian ke sebuah ATM maka otomatis juga akan dilakukan penarikan dari ATM tersebut. Pengisian catridge yang baru diisi dengan uang dan panarikan catridge yang sudah hampir kosong. Walapun ada beberapa kunjungan khusus yang tidak seperti itu seperti dengan hanya melakukan pengisian saja atau hanya melakukan penarikan saya.
Jumlah catridge yang bisa masuk ke mesin ATM umumnya antara 1 sampai 4 catridge. Satu catridge bisa menampung maksimal 2500 lembar uang. Jadi maksimal uang yang bisa ditampung oleh satu ATM adalah 10.000 lembar untuk denominasi 50.000 maka maksimal jumlah uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 50.000 = Rp 500.000.000 sedangkan untuk denominasi 100.000 berarti uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 100.000 = Rp 1.000.000.000 = Rp 1 Milyar ( satu em). Namun jumlah itu sangat maksimal. Jumlah yang paling sering untuk bank-bank besar rata-rata antara 100 juta hingga 400 juta untuk denom 50.000 dan untuk denom 100.000 antara 200 juta hingga 800 juta. Bahkan untuk bank-bank yang kecil kadang bisa melakukan sekali pengisian sampai cuma sebesar Rp 50.000.000.