17 Januari 2008
Hari mulai menjelang malam ketika saya sedang dalam perjalanan untuk liburan di rumah saudara saya di daerah Cibubur. Saya menyukai daerah tersebut karena udara di sekitarnya masih segar, tidak seperti tempat saya kost di daerah Jakarta Pusat yang sangat padat dan agak kumuh. Suntuk sekali jika liburan dan hanya berdiam diri di tempat kost, paling hanya bisa baca koran dan jika sudah selesai mau apalagi? Bingung!
Lagi pula di saat liburan saya bermaksud melupakan semua tentang hal-hal yang membosankan di kantor termasuk lingkungannya karena tempat kost saya sangat dengan kantor saya. Saya ingin melupakan semuanya itu biarpun liburan saya sebenarnya tidak cukup dua hari, namun harus dinikmati. Makanya saya rela berdesak-desakan dan berdiri dalam bus transjakarta dengan harapan sebentar lagi akan kembali menghirup segarnya udara Cibubur. Bus transjakarta yang saya tumpangi semakin mendekati terminal Kampung Rambutan namun tiba-tiba ponsel saya berdering. Melihat nomor baru tersebut di ponsel saya saya tersentak karena akhir-akhir ini saya rajin mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan dengan harapan bisa mendapatkan perkerjaan yang lebih baik. Dan benar telpon tersebut langsung mengecek nama lengkap saya sambil bertanya.
"Iya betul", jawab saya mengiyakan pertanyaan si penelpon
"Bapak pernah mengirim surat lamaran ke perusahaan kami ?",tanya si penelpon
"Iya betul"
"Begini pak, kami ada panggilan interview untuk bapak besok jam 10 pagi, kira-kira bapak bisa?"
"Bisa", saya gak sempat berpikir apa saya sempat datang besok, tapi yang saya tahu yang namanya panggilan interview itu saya akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melewatkannya, siapa tahu nasib bisa berubah.
" Bapak silahkan datang besok di alamat kami"
Setelah saya mencatat alamat lengkapnya saya baru tersentak kalau lokasinya cukup jauh dari daerah Cibubur, apalagi saya nggak yakin kalau fotocopy dokumen dokumen saya masih ada di sana. Ampun deh, saya sempat bingung mau gimana, apa mau balik ke tempat kost untuk bersiap interview besok di mana dokumen-dokumen untuk melamar dijamin lengkap atau meneruskan perjalanan ke Cibubur dengan seribu tanda tanya akan keberadaan fotocopy dokumen-dokumen saya. Walaupun dulunya saya tinggal di sana juga sebelum dapat pekerjaan di daerah Jakarta Pusat
Orang-orang di rumah saudara saya heran melihat saya yang baru datang tapi langsung sibuk mencari sesuatu.
"Kayaknya sih ada deh tapi di mana ya pernah melihatnya", jawab kakak saya setelah tahu saya sedang mencari foto copy ijazah saya.
Tiba tiba ponsel saya berdering kembali dan ternyata telpon dari kantor saya.
"Bapak sangat diharapkan besok bisa masuk malam, saya sudah berusaha menelpon yang lain tetapi susah sekali dihubungi.", suara atasan saya bernada sangat memohon karena mungkin cukup memahami kondisi saya yang baru mau liburan tetapi terpaksa harus bekerja.
Huh, jadi gimana ya, apalagi saya belum mengetik surat lamaran saya dan kelengkapan dokumen-dokumen pendukung, di mana harus diketik di luar karena tidak ada komputer. Untung beberapa saat kemudian fotocopy dokumen-dokumen itu ditemukan. Berarti tinggal satu lagi masalah. Saya harus segera keluar untuk mengetik lamaran.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam ketika petugas rental komputer memperingati saya bahwa sebentar lagi rentalnya akan tutup. Untung juga saya sudah hampir selesai. Dan... persiapan untuk wawancara besoknya boleh dibilang ok. Walapun yang siap hanya surat lamaran doang, sedangkan saya sendiri gak siap untuk test tertulis dan wawancara. Mana sempat!
Sekarang saatnya istirahat karena besok pagi-pagi harus berangkat lagi. Apalagi lokasi wawancara belum terbayang sama sekali.
Saya buru-buru ke warung membeli obat anti nyamuk, namun sedikit tergoda untuk melihat nama yang tertulis pada sebuah bendera kuning yang terpancang di sudut jalan. Setahu saya bendera kuning adalah bendera kematian yang memang sering juga saya lihat di kompleks rumah kakak saya, namun itu sudah terkesan biasa karena memang penduduk kompleks yang sangat luas itu jumlahnya cukup banyak. Dan biasanya tidak tertulis nama yang meninggal di benderanya.
Sangat sangat tersentak kaget setelah melihat nama tersebut ternyata saya kenal dan rumahnya dekat sekali dengan rumah kakak saya. Bahkan saya sempat kenal dan berbincang-bincang dengan salah satu anggota keluarganya saat masih tinggal di kompleks tersebut. Jangankan tahu dia sakit atau gak, kabar tentang dia pun saya sudah lama tidak mendengarnya apalagi saya sudah tidak sesempat dulu bisa dekat dengan tetangga di kompleks itu. Betapa saya tidak peduli dengan lingkungan saya, hingga kematian sebagai akhir dari kehidupan seseorang di muka bumi ini telah selesai. Betapa saya begitu asyik mengejar kehidupan saya tanpa menyadari bahwa kehidupan bukan hanya di dunia namun kehidupan yang lain ada setelah kematian. Bendera kuning itu adalah peringatan yang baik karena menyadarkan manusia kalau suatu saat kita tidak bisa menghindar dari kematian.