21 Maret 2008
Malam menjelang sepulang kerja saya mendapat sms lewat nomor GSM dari kakak saya yang kesulitan menghubungi saya ke nomor CDMA. Tadi pagi sayang memang malas membawa dua ponsel, ribet banget pikir saya. Cukup pakai GSM saja.
Ah, paling konfirmasi tentang keberangkatan besok ke Bandung untuk acara resepsi pernikahan keponakan kami, pikir saya. Kami memang telah merencanakan untuk berangkat dari Jakarta subuh-subuh karena pengen juga menghadiri pemberkatan nikah di Gereja.
" Begini, ternyata semua pada jadi pergi besok, jadi mobil saya udah gak muat", kata kakak saya dengan nada sedikit agak menyesal. Memang hal ini sudah kami rencanakan dari awal untuk berangkat bersama-sama. Dan sebagi gantinya dia menawarkan saya untuk menumpang mobil saudara sepupu.
" Ok, gak apa-apa", jawab saya walaupun saya sendiri masih ragu untuk menumpang mobil sepupu saya. Saya betul betul gak enak sama sepupu saya yang satu ini karena jauh sebelumnya dia sering mengajak main-main ke rumahnya tetapi saya tidak pernah pernah datang. Saya berada dalam keraguan dan tanpa terasa waktu sudah hampir menunjukkan jam 10 malam. Gimana ya? Pertanyaan itu terus menghantui pikiran saya.
Sudah mulai timbul keraguan saya untuk ikut ke Bandung, tetapi akan lebih tidak enak lagi kalau saya gak datang. Pikir saya. Apalagi Ayah dari yang menikah, yakni kakak saya adalah seorang yang sudah sangat berjasa dalam keluarga kami. Dia adalah putra tertua dari keluarga besar saya yang sudah sangat banyak membantu keluarga kami. Kalau gak datang saya benar-benar gak tahu diri. Apalagi kami saudaranya yang tinggal di Jakarta lah yang sangat diharapkan untuk datang. Saudara-saudara saya yang ada di Sulawesi sana beserta papa dan mama saya sudah memberi kabar kalau mereka tidak bisa datang.
"Aduh, jam berapa nih", saya melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam lewat. Mungkin saudara sepupu saya sudah tertidur dan abis deh kalau udah begini. Tetapi apa boleh buat. Dengan perasaan yang sangat tidak enak terpaksa saya harus menelpon sepupu saya. Dan benar, telponnya tidak di angkat.
Untung malam itu saya bisa tertidur dalam kondisi tanpa sebuah kepastian. Pagi masih buta ketika terbangun saya putuskan untuk naik bis sendiri ke Bandung.
Saya sendiri sudah enam tahun di Jakarta tetapi belum pernah ke Bandung. Sering mendengar komentar dari teman kerja saya tentang Bandung tetapi kenapa ya saya tidak begitu tertarik. Setelah mendapat persetujuan dari kakak saya untuk naik bis sendiri saya langsung jalan dari tempat tinggal saya di daerah Glodok. Soalnya saya juga kuatir kalau tiba di terminal Bandung saya gak tahu jalan ke mana. Dengan acc dari mereka berarti mereka juga siap jemput saya di terminal.
Tiba-tiba ada telpon dari kakak saya.
"Halo", jawab saya
"Eh, jangan salah naik ya", jawabnya
"Salah naik gimana"
"Kamu harus lewat Cipularang, kalau lewat puncak kelamaan, Cipularang itu yang lewat tol dua jam juga bisa nyampe", kakak saya tahu benar kalau saya gak ngerti jalan ke Bandung.
Bayangin aja saya waktu itu bahkan belum tahu kalau untuk lewat tol Cipularang itu ngambil arah ke Karawang dulu. Sampai aku sempat tanya sama teman ku nunggunya di depan UKI atau seberangnya. Dan teman saya menyarankan untuk menunggu bis Bandung di persimpangan ke arah Bekasi.
Dan betul, setelah sampai di UKI saya sudah melihat sebuah bis jurusan Bandung sedang mencari penumpang. Dan di depannya tertulis "lewat tol Cipularang". Lega rasanya. Satu persoalan selesai. Jika selamat dalam perjalanan berarti dua jam lagi sampai di Bandung.
Wow sebuah pemandangan yang asyik juga, ternyata jalan ke Bandung banyak tanjakan panjang. Dan kalau saya mengalihkan pandangan ke luar jendela rasanya teduh banget. Pemandangan yang sangat menyejukkan menemani sepanjang perjalanan sampai bis yang saya tumpangi pun memasuki terminal di Bandung sekitar jam 8.30
Saya menelpon kakak saya untuk menanyakan posisi mereka dan ternyata belum sampai.
" Kalau kamu mau jalan sendiri ke rumah pengantin juga gak apa-apa. Tanya aja pada orang di situ", demikian saran kakak saya setelah memberi tahu alamat yang dituju.
Acara pemberkatan nikah di gereja berlangsung dari jam 10 pagi sampai sekitar jam 11.30. Sedangkan acara resepsi dimulai jam tujuh malam. Setelah acara pemberkatan nikah sambil menunggu resepsi, sepupu saya mengajak jalan-jalan di seputar Bandung. Sepupu saya sendiri gak ngerti jalan -jalan di Bandung dan selalu dipandu lewat ponsel oleh teman-teman yang lain. Jalan di Bandung susah karena kebanyakan satu arah. Kami jalan-jalan ke Factory Outlet yang sangat unik. Modelnya benar-benar seperti rumah. Kalau mau naik di bagian lantai dua bukan pakai escalator atau tangga tembok tetapi tangga kayu. Serta design interiornya benar-benar seperti rumah sehingga berbelanja juga sangat asyik.
Kami sempat juga menghabiskan waktu di Cafe depan salah satu factory outlet sambil menikmati hidangan ringan khas Bandung.
Acara resepsi selesai jam 8 malam dan saya kami pulang ke Jakarta jam 8.30. Jadi saya berada di Bandung kira-kira dua belas jam dan masih penasaran dengan Bandung. Mudah-mudahan ada waktu lagi main sampai puas di sana.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar, saya tunggu komentar dari pembaca:
Posting Komentar