05 Mei 2008
28 April 2008
02 April 2008
Menjadi pusat perhatian masyarakat pengguna kendaraan pribadi karena busway telah mengambil sebagian lebar jalan dengan menggunakan separator. Bagian jalan yang dipakai oleh jalur busway antara 25%-50% lebar jalan. Dengan demikian bisa diperhitungkan berapa persen tingkat kemacetan yang disebabkan oleh penyempitan jalan demi untuk jalur busway. Bus transjakarta menjadi raja jalanan di mana bisa melaju dengan mulus di sela-sela kemacetan Jakarta yang semakin parah.
Tujuan daripada busway sendiri memang adalah untuk mengurangi pengguna kendaraan pribadi. Jika pemakai kendaraan pribadi semakin tidak nyaman karena kondisi jalur biasa yang bertambah macet maka perlahan-lahan tujuan dari pengadaan busway akan perlahan-lahan memberi titik cerah. Mungkin para pengguna kendaraan pribadi mulai melirik si raja jalanan ini.
Namun benarkah akan terjadi peralihan para pengguna kendaraan pribadi menjadi penumpang transjakarta ? Sesuatu hal yang begitu sulit untuk diprediksi karena terlalu banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya. Sekiranya busway yang merupakan sistem transportasi yang dijiplak dari negara maju itu dijalankan dengan dengan benar mungkin hal itu akan terjadi. Sistemnya sudah benar. Namun jika sistem itu dijalankan oleh yang tidak benar maka tidak akan ada peralihan itu.
Kondisi pelayanan busway saat ini mengundang banyak cerita di kalangan pengguna busway yang memang cukup banyak saat ini. Jika kita sempat transit di halte Harmoni pada jam pulang kantor maka akan terlihat betapa padatnya halte tersebut. Bahkan untuk jalan saja kadang sangat sempit. Kondisi ini adalah indikator bahwa dalam jalur lalulintas busway sendiri terjadi ketidaklancaran, bahkan bisa dibilang kemacetan dalam jalur busway sendiri. Kemacetan yang saya maksud adalah kemacetan antara sesama bus transjakarta sendiri di mana terjadi penumpukan bus pada jalur yang tidak terlalu padat penumpang namun keberadaan bus sangat sedikit pada titik di mana penumpang sedang bertumpuk. Kemacetan yang lain yaitu kemacetan yang terjadi antara para penumpang di setiap halte halte yang sangat ramai. Seperti halte Harmoni misalnya, walapun sudah dirancang cukup luas namun tetap saja penuh.
Terus bagaimana dengan halte yang kecil tetapi cukup ramai karena letaknya yang strategis seperti di halte Senen. Di halte ini pada jam-jam sibuk terjadi penumpukan penumpang yang jelas bisa menghambat naik turunnya penumpang ke bus transjakarta. Kedatangan bus di setiap halte pun sangat membuat tidak nyaman para penumpang. Pada saat penumpang semakin bertambah di setiap halte namun tidak diimbangi oleh jumlah kedatangan bus maka akan terjadi penumpukan yang bisa membuat penumpang harus berdiri cukup lama dalam kondisi kepanasan dan kesempitan. Dan pada saat bus yang ditunggu-tunggu muncul maka penumpang yang sudah lelah berdiri akan berusaha sebisa mungkin agar bisa masuk ke dalam bus untuk menghemat tenaga yang masih tersisa setelah seharian bekerja.
Para satgas dan petugas transjakarta lainnya pun tidak akan segan-segan untuk berteriak menegur dengan keras para penumpang yang berjuang untuk mendapatkan tempat di dalam bus.
"Ah, yang penting saya bisa naik deh", gumam saya dalam hati walapun para petugas sudah berteriak dengan sangat keras agar penumpang tertib. Memang kondisinya sangat memprihatinkan melihat penumpang yang berdesak-desakan berebut tempat biarpun hanya untuk beridiri di dalam busway. Kondisi ini seperti memberi kesan bahwa para penumpang busway itu tidak tahu sopan santun dan tata tertib. Namun jika sekiranya setiap penumpang ditanya kenapa harus berdesak-desakan maka sebagian besar akan menjawab bahwa mereka sudah sangat lelah berdiri dalam kondisi kepanasan di halte.
Pada setiap halte pun jika diperhatiakan maka sebenarnya tidak ada pengaturan antrian yang benar dari para pihak Transjakarta sendiri. Lebar barisan penumpang yang antri jauh lebih besar dari lebar pintu di mana penumpang akan naik. Maka pada saat bus transjakarta tiba maka barisan antrian itu akan kesulitan untuk masuk ke dalam pintu yang lebih sempit sehingga kondisi penumpang yang berdesak-desakan tidak bisa dihindari. Bahkan pada setiap halte-halte tertentu pun tidak ditentukan jalur untuk naik ataupun turun. Sehingga penumpang yang akan turun pun akan kesulitan untuk bisa menembus kerumunan penumpang yang akan naik.
Penulis memperhatikan penumpang yang sudah berusia agak lanjut sangat kelelahan dan bahkan cukup kasihan melihat mereka. Kehadiran busway juga telah mematikan beberapa rute bus kota. Jadi walaupun pada satu sisi busway seperti kesulitan untuk menarik pengguna kendaraan pribadi, di sisi lain ada juga banyak masyarakat yang hanya karena terpaksa harus menjadi penumpang busway
Armada busway yang minim malah menambah persoalan karena jalur busway dibiarkan kosong dalam rentang waktu yang cukup lama. Mubazir !
Dalam jalur biasa para pengguna kendaraan pribadi menderita dalam kemacetan. Di halte busway juga para penumpang juga dalam kondisi "macet" berdiri kelelahan. Namun ada jalur jalan yang sedang dibiarkan kosong karena si raja jalanan tak kunjung datang.
Jadi walapun sistemnya bagus tetapi kita sendiri tidak bisa memakainya maka akan merugikan kita sendiri.
Next Stop ! Halte "Antrian Panjang"
25 Maret 2008
21 Maret 2008
19 Maret 2008
03 Maret 2008
26 Februari 2008
Toraja Dalam Batas-batas Wilayah Pemerintahan
2 komentar, saya tunggu komentar dari pembaca Oleh : Budi
15 Februari 2008
12 Februari 2008
11 Februari 2008
09 Februari 2008
06 Februari 2008
30 Januari 2008
Dan ternyata benar beberapa hari kemudian Suharto benar-benar telah meninggal dunia. Mantan penguasa orde baru tersebut meninggalkan kesan yang sangat berkesan di hati masyarakat Indonesia bahkan beberapa pemimpin dunia pun mengakui kehebatan Suharto. Kontroversi pun mulai mengalir entah itu dari golongan rakyat miskin dan kelas menengah, maupun dari kelas elit bahkan sampai ke publik figur dan pejabat. Bagaimana tidak, status hukumnya yang tidak jelas serta pro dan kontra dalam masyarakat sejak ditumbangkan oleh gerakan-gerakan mahasiswa dan kalangan profesional bercampur menjadi satu paket yang menghasilkan sebuah dampak dalam masyarakat yaitu : kontroversi.
Indikator yang sangat nyata dari kontroversi ini adalah berkibarnya bendera setengah tiang di pemukiman warga dan gedung-gedung perkantoran di mana sebagian mengibarkan bendera dan sebagian tidak. Setengan tiang, setengah hati. Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda akan status Suharto sendiri. Benarkah dia seorang yang bersalah atau tidak ? Apakah orang yang bersalah setelah meninggalpun tidak boleh dihormati ? Apakah pemerintahan Suharto lebih buruk daripada pemerintahan sekarang ? Segudang pertanyaan bermunculan dalam masyarakat mulai dari gedung-gedung perkantoran yang megah sampai ke warung-warung kopi.
Status hukum Suharto juga tidak jelas sama sekali, sampai hari ini tidak ada bukti secara hukum untuk menyatakan Suharto bersalah atau tidak. Namun dalam masyarakat sendiri berkembang pro dan kontra apakah Suharto sebaiknya diampuni saja kesalahannya atau tidak. Sikap untuk mengampuni Suharto merupakan jalan pintas atas kebuntuan proses hukumnya. Namun satu hal bahwa negara ini adalah negara hukum. Segala sesuatu hal harus jelas secara hukum.
MUngkin kita perlu sedikit penyegaran bagaimana Suharto digulingkan karena beberapa alasan. Salah satu alasan tersebut adalah karena dia korupsi. Namun digulingkannya Suharto menyebabkan juga sistem politik yang dibangunnya juga runtuh. Suharto telah membangun sebuah kondisi di mana seluruh kekuasaannya benar-benar menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara. Pegawai Negri dijadikan alat untuk memperkuat partainya yang disebutnya Golongan Karya. Dia membangun sebuah pengaruh sehingga berpolitik dipandang negatif dalam masyarakat. PDI dan PPP dipandang sebelah mata oleh rakyat karena rakyat terpengaruh oleh opini bahwa berpolitik itu tidak baik. Yang baik adalah berkarya dan bekerja sehingga orang yang senang bekerja dan berkarya sebaiknya masuk ke Golongan Karya. Pegawai negri pun berada dalam pengaruh yang sangat kuat bahwa yang memberikan gaji kepada mereka adalah Golkar. Tidak diharuskan oleh pemerintah untuk memilih Golkar tetapi pegawai negri digaji oleh Golkar. Pegawai negri hidup dari Golkar. Ini salah satu cara yang digunakan Suharto untuk mempertahankan kekuasaannya.
Adalagi cara lain dengan memberikan hadiah kepada suatu desa atau kelurahan jika 100% rakyatnya memilih Golkar. Saya masih ingat persis di TPS orang tua saya waktu itu setelah perhitungan suara 100% memilih Golkar, suara riuh tepuk tangan berkumandang setelah pemeriksaan lembar terakhir dan ternyata juga mencoblos Golkar. Hadiah untuk sebuah desa yang 100% memilih Golkar bisa berupa pembangun instalasi listrik, irigasi, jaringan telpon atau pembangunan atau pengaspalan jalan.
KOndisi yang dibangun Suharto pun sudah runtuh. Beragam partai kembali menghiasi panggung politik Indonesia, bahkan presiden yang berkuasa sekarang pun dipilih secara langsung. Tinggal satu hal kenapa status hukumnya tidak jelas. Dalam kondisi seperti itupun korupsi masih terus terjadi dalam berbagai lapisan pemerintahan.
Hukum adalah dasar yang kuat untuk membangun sebuah negara yang adil. Seluruh proses untuk menjalankan program pemerintah memerlukan aliran dana. Dana yang mengalir dalam sistem pemerintahan ibarat darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Bisa dibayangkan bagaimana lemahnya sebuah negara jika dana yang mengalir di dalamnya disedot di mana-mana. Seperti dana bencana alam, pendidikan, pembangunan proyek-proyek pemerintah dan lain.
Korupsi Suharto adalah rumput pengganggu yang sangat kuat dalam negara ini. Jika masalah korupsi Suharto bisa diselesaikan maka mungkin korupsi-korupsi yang lain pun bisa di atasi. Namun sayang sekali tanpa penyelesaian hukum yang jelas seperti ini dan tanpa pembuktian yang jelas maka untuk menyatakan Suharto korupsi pun kita jadi ragu. Terus bagaimana ? Masyarakat sangat butuh kejelasan dan sebuah ketegasan. Bersalah atau tidak. Atau bangsa ini akan terus berada dalam kontroversi tentang Suharto?
Bagaimana mungkin kita akan membangun sebuah negara dengan beribu ketidakpastian ?
25 Januari 2008
" Halo", saya membuka pembicaraan
" Halo selamat pagi pak, begini pak, bapak mendapat kesempatan dari bank kami untuk mendapatkan pinjaman tunai sebanyak maksimal tiga kali dari batas limit kartu kredit bapak.", jawabnya.
" Ibu tahu dari mana saya pakai kartu kredit, kartu kredit saya kan dari bank lain", tanya saya.
"Ya kita kan ada link dengan bank lain, data bapak cukup bagus makanya kami menawarkan pinjaman ini", jawabnya
"Gitu ya", jawab saya dengan sedih mengingat tagihan kartu kredit saya yang belum lunas hingga sekarang. Sekali terperosok ke dalam lubang pinjaman maka akan sangat sulit untuk keluar dari sana. Tetapi kok dibilang bagus sih, bukannya ini kondisi buruk bagi keuangan saya sendiri. Bayangkan saja, saya bahkan sudah hampir lupa pinjaman kartu kredit saat itu dipakai untuk keperluan apa, tetapi sampai saat ini surat tagihannya masih terus datang dan berdasarkan data tagihan itu kalau belum juga lunas.
"Halo", saya terperanjak kaget dari lamunan saya
"Iya"
"Jadi gimana,kira-kira bapak tertarik gak dengan tawaran dari kami"
.....
.....
kami berbicara cukup lama karena saya sedang ditawarin jumlah yang cukup besar, siapa tahu ini salah satu solusi bagi kondisi keuangan saya. Namun saya juga tidak sembarangan dalam menerima tawaran tersebut. Pembicaraan itu pun diakhiri tanpa kesepakatan dan sales tersebut berjanji akan menelpon saya kembali sekalian untuk menjelaskan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelanjutannya.
Saya cukup lega setelah tahu kalau telponnya sudah terputus. Keputusan kembali di tangan saya. Bagi saya sales tersebut cukup hebat, karena bisa mempengaruhi saya untuk mengambil sebuah keputusan yang cukup besar bagi saya. Sekarang logika saya lah yang harus memutuskan, kalau saya perlu meminjam atau tidak.
Berbicara tentang pinjaman, cukup panjang untuk dibahas karena ada orang yang menjadi bangkrut karena kesalahan perhitungan dalam meminjam tetapi ada juga orang yang bisa menjadi pengusaha berkat pinjaman sebagai modalnya.
Saya pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang mengajak orang untuk pandai-pandai dalam membuat perhitungan dengan bank. Walapun saya hanya membaca secara sepintas tetapi ada beberapa point yang saya bisa tangkap dari sana. Menurut Kiyosaki bahwa bank-bank kadang melumpuhkan logika kita dan membangkitkan emosi kita dalam menawarkan produknya. Kata ajaib yang sering dilontarkan bank adalah "Cicilan Ringan". Kita hanya difokuskan bahwa tidak akan bermasalah dalam membayar cicilan-cicilan itu. Bahkan kadang kita hanya berpikir kalau cicilan pertama saya bisa saya lunasi, cicilan selanjutnya nanti dipikirkan lagi lah bagaimana caranya. Kita kadang lupa berpikir jauh ke depan, dan hanya berpikir sangat pendek.
18 Januari 2008
17 Januari 2008