30 Januari 2008
Karena kelelahan berdiri cukup lama di sebuah halte busway, saya mencoba menyetel radio ponsel saya dan mencoba mendengarkan radio Trijaya FM kesayangan saya. Saya terperanjat kaget mendengar kabar, Suharto, mantan presiden RI ke 2 telah meninggal dunia, setelah dalam beberapa minggu terakhir kebanyakan media-media besar di Indonesia memberitakan kondisi kesehatan Suharto sebagai berita-berita utamanya. Bahkan sebelum meninggal pun suasana Astana Giribangun sempat dilaporkan oleh beberapa stasiun TV akan persiapan yang dilakukan di tempat pemakam Suharto tersebut.
Dan ternyata benar beberapa hari kemudian Suharto benar-benar telah meninggal dunia. Mantan penguasa orde baru tersebut meninggalkan kesan yang sangat berkesan di hati masyarakat Indonesia bahkan beberapa pemimpin dunia pun mengakui kehebatan Suharto. Kontroversi pun mulai mengalir entah itu dari golongan rakyat miskin dan kelas menengah, maupun dari kelas elit bahkan sampai ke publik figur dan pejabat. Bagaimana tidak, status hukumnya yang tidak jelas serta pro dan kontra dalam masyarakat sejak ditumbangkan oleh gerakan-gerakan mahasiswa dan kalangan profesional bercampur menjadi satu paket yang menghasilkan sebuah dampak dalam masyarakat yaitu : kontroversi.
Indikator yang sangat nyata dari kontroversi ini adalah berkibarnya bendera setengah tiang di pemukiman warga dan gedung-gedung perkantoran di mana sebagian mengibarkan bendera dan sebagian tidak. Setengan tiang, setengah hati. Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda akan status Suharto sendiri. Benarkah dia seorang yang bersalah atau tidak ? Apakah orang yang bersalah setelah meninggalpun tidak boleh dihormati ? Apakah pemerintahan Suharto lebih buruk daripada pemerintahan sekarang ? Segudang pertanyaan bermunculan dalam masyarakat mulai dari gedung-gedung perkantoran yang megah sampai ke warung-warung kopi.
Status hukum Suharto juga tidak jelas sama sekali, sampai hari ini tidak ada bukti secara hukum untuk menyatakan Suharto bersalah atau tidak. Namun dalam masyarakat sendiri berkembang pro dan kontra apakah Suharto sebaiknya diampuni saja kesalahannya atau tidak. Sikap untuk mengampuni Suharto merupakan jalan pintas atas kebuntuan proses hukumnya. Namun satu hal bahwa negara ini adalah negara hukum. Segala sesuatu hal harus jelas secara hukum.
MUngkin kita perlu sedikit penyegaran bagaimana Suharto digulingkan karena beberapa alasan. Salah satu alasan tersebut adalah karena dia korupsi. Namun digulingkannya Suharto menyebabkan juga sistem politik yang dibangunnya juga runtuh. Suharto telah membangun sebuah kondisi di mana seluruh kekuasaannya benar-benar menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara. Pegawai Negri dijadikan alat untuk memperkuat partainya yang disebutnya Golongan Karya. Dia membangun sebuah pengaruh sehingga berpolitik dipandang negatif dalam masyarakat. PDI dan PPP dipandang sebelah mata oleh rakyat karena rakyat terpengaruh oleh opini bahwa berpolitik itu tidak baik. Yang baik adalah berkarya dan bekerja sehingga orang yang senang bekerja dan berkarya sebaiknya masuk ke Golongan Karya. Pegawai negri pun berada dalam pengaruh yang sangat kuat bahwa yang memberikan gaji kepada mereka adalah Golkar. Tidak diharuskan oleh pemerintah untuk memilih Golkar tetapi pegawai negri digaji oleh Golkar. Pegawai negri hidup dari Golkar. Ini salah satu cara yang digunakan Suharto untuk mempertahankan kekuasaannya.
Adalagi cara lain dengan memberikan hadiah kepada suatu desa atau kelurahan jika 100% rakyatnya memilih Golkar. Saya masih ingat persis di TPS orang tua saya waktu itu setelah perhitungan suara 100% memilih Golkar, suara riuh tepuk tangan berkumandang setelah pemeriksaan lembar terakhir dan ternyata juga mencoblos Golkar. Hadiah untuk sebuah desa yang 100% memilih Golkar bisa berupa pembangun instalasi listrik, irigasi, jaringan telpon atau pembangunan atau pengaspalan jalan.
KOndisi yang dibangun Suharto pun sudah runtuh. Beragam partai kembali menghiasi panggung politik Indonesia, bahkan presiden yang berkuasa sekarang pun dipilih secara langsung. Tinggal satu hal kenapa status hukumnya tidak jelas. Dalam kondisi seperti itupun korupsi masih terus terjadi dalam berbagai lapisan pemerintahan.
Hukum adalah dasar yang kuat untuk membangun sebuah negara yang adil. Seluruh proses untuk menjalankan program pemerintah memerlukan aliran dana. Dana yang mengalir dalam sistem pemerintahan ibarat darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Bisa dibayangkan bagaimana lemahnya sebuah negara jika dana yang mengalir di dalamnya disedot di mana-mana. Seperti dana bencana alam, pendidikan, pembangunan proyek-proyek pemerintah dan lain.
Korupsi Suharto adalah rumput pengganggu yang sangat kuat dalam negara ini. Jika masalah korupsi Suharto bisa diselesaikan maka mungkin korupsi-korupsi yang lain pun bisa di atasi. Namun sayang sekali tanpa penyelesaian hukum yang jelas seperti ini dan tanpa pembuktian yang jelas maka untuk menyatakan Suharto korupsi pun kita jadi ragu. Terus bagaimana ? Masyarakat sangat butuh kejelasan dan sebuah ketegasan. Bersalah atau tidak. Atau bangsa ini akan terus berada dalam kontroversi tentang Suharto?
Bagaimana mungkin kita akan membangun sebuah negara dengan beribu ketidakpastian ?
Dan ternyata benar beberapa hari kemudian Suharto benar-benar telah meninggal dunia. Mantan penguasa orde baru tersebut meninggalkan kesan yang sangat berkesan di hati masyarakat Indonesia bahkan beberapa pemimpin dunia pun mengakui kehebatan Suharto. Kontroversi pun mulai mengalir entah itu dari golongan rakyat miskin dan kelas menengah, maupun dari kelas elit bahkan sampai ke publik figur dan pejabat. Bagaimana tidak, status hukumnya yang tidak jelas serta pro dan kontra dalam masyarakat sejak ditumbangkan oleh gerakan-gerakan mahasiswa dan kalangan profesional bercampur menjadi satu paket yang menghasilkan sebuah dampak dalam masyarakat yaitu : kontroversi.
Indikator yang sangat nyata dari kontroversi ini adalah berkibarnya bendera setengah tiang di pemukiman warga dan gedung-gedung perkantoran di mana sebagian mengibarkan bendera dan sebagian tidak. Setengan tiang, setengah hati. Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda akan status Suharto sendiri. Benarkah dia seorang yang bersalah atau tidak ? Apakah orang yang bersalah setelah meninggalpun tidak boleh dihormati ? Apakah pemerintahan Suharto lebih buruk daripada pemerintahan sekarang ? Segudang pertanyaan bermunculan dalam masyarakat mulai dari gedung-gedung perkantoran yang megah sampai ke warung-warung kopi.
Status hukum Suharto juga tidak jelas sama sekali, sampai hari ini tidak ada bukti secara hukum untuk menyatakan Suharto bersalah atau tidak. Namun dalam masyarakat sendiri berkembang pro dan kontra apakah Suharto sebaiknya diampuni saja kesalahannya atau tidak. Sikap untuk mengampuni Suharto merupakan jalan pintas atas kebuntuan proses hukumnya. Namun satu hal bahwa negara ini adalah negara hukum. Segala sesuatu hal harus jelas secara hukum.
MUngkin kita perlu sedikit penyegaran bagaimana Suharto digulingkan karena beberapa alasan. Salah satu alasan tersebut adalah karena dia korupsi. Namun digulingkannya Suharto menyebabkan juga sistem politik yang dibangunnya juga runtuh. Suharto telah membangun sebuah kondisi di mana seluruh kekuasaannya benar-benar menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara. Pegawai Negri dijadikan alat untuk memperkuat partainya yang disebutnya Golongan Karya. Dia membangun sebuah pengaruh sehingga berpolitik dipandang negatif dalam masyarakat. PDI dan PPP dipandang sebelah mata oleh rakyat karena rakyat terpengaruh oleh opini bahwa berpolitik itu tidak baik. Yang baik adalah berkarya dan bekerja sehingga orang yang senang bekerja dan berkarya sebaiknya masuk ke Golongan Karya. Pegawai negri pun berada dalam pengaruh yang sangat kuat bahwa yang memberikan gaji kepada mereka adalah Golkar. Tidak diharuskan oleh pemerintah untuk memilih Golkar tetapi pegawai negri digaji oleh Golkar. Pegawai negri hidup dari Golkar. Ini salah satu cara yang digunakan Suharto untuk mempertahankan kekuasaannya.
Adalagi cara lain dengan memberikan hadiah kepada suatu desa atau kelurahan jika 100% rakyatnya memilih Golkar. Saya masih ingat persis di TPS orang tua saya waktu itu setelah perhitungan suara 100% memilih Golkar, suara riuh tepuk tangan berkumandang setelah pemeriksaan lembar terakhir dan ternyata juga mencoblos Golkar. Hadiah untuk sebuah desa yang 100% memilih Golkar bisa berupa pembangun instalasi listrik, irigasi, jaringan telpon atau pembangunan atau pengaspalan jalan.
KOndisi yang dibangun Suharto pun sudah runtuh. Beragam partai kembali menghiasi panggung politik Indonesia, bahkan presiden yang berkuasa sekarang pun dipilih secara langsung. Tinggal satu hal kenapa status hukumnya tidak jelas. Dalam kondisi seperti itupun korupsi masih terus terjadi dalam berbagai lapisan pemerintahan.
Hukum adalah dasar yang kuat untuk membangun sebuah negara yang adil. Seluruh proses untuk menjalankan program pemerintah memerlukan aliran dana. Dana yang mengalir dalam sistem pemerintahan ibarat darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Bisa dibayangkan bagaimana lemahnya sebuah negara jika dana yang mengalir di dalamnya disedot di mana-mana. Seperti dana bencana alam, pendidikan, pembangunan proyek-proyek pemerintah dan lain.
Korupsi Suharto adalah rumput pengganggu yang sangat kuat dalam negara ini. Jika masalah korupsi Suharto bisa diselesaikan maka mungkin korupsi-korupsi yang lain pun bisa di atasi. Namun sayang sekali tanpa penyelesaian hukum yang jelas seperti ini dan tanpa pembuktian yang jelas maka untuk menyatakan Suharto korupsi pun kita jadi ragu. Terus bagaimana ? Masyarakat sangat butuh kejelasan dan sebuah ketegasan. Bersalah atau tidak. Atau bangsa ini akan terus berada dalam kontroversi tentang Suharto?
Bagaimana mungkin kita akan membangun sebuah negara dengan beribu ketidakpastian ?
25 Januari 2008
Saat itu saya sedang di rumah ketika saya ditelpon oleh seorang sales salah satu bank asing yang cukup terkemuka di Indonesia.
" Halo", saya membuka pembicaraan
" Halo selamat pagi pak, begini pak, bapak mendapat kesempatan dari bank kami untuk mendapatkan pinjaman tunai sebanyak maksimal tiga kali dari batas limit kartu kredit bapak.", jawabnya.
" Ibu tahu dari mana saya pakai kartu kredit, kartu kredit saya kan dari bank lain", tanya saya.
"Ya kita kan ada link dengan bank lain, data bapak cukup bagus makanya kami menawarkan pinjaman ini", jawabnya
"Gitu ya", jawab saya dengan sedih mengingat tagihan kartu kredit saya yang belum lunas hingga sekarang. Sekali terperosok ke dalam lubang pinjaman maka akan sangat sulit untuk keluar dari sana. Tetapi kok dibilang bagus sih, bukannya ini kondisi buruk bagi keuangan saya sendiri. Bayangkan saja, saya bahkan sudah hampir lupa pinjaman kartu kredit saat itu dipakai untuk keperluan apa, tetapi sampai saat ini surat tagihannya masih terus datang dan berdasarkan data tagihan itu kalau belum juga lunas.
"Halo", saya terperanjak kaget dari lamunan saya
"Iya"
"Jadi gimana,kira-kira bapak tertarik gak dengan tawaran dari kami"
.....
.....
kami berbicara cukup lama karena saya sedang ditawarin jumlah yang cukup besar, siapa tahu ini salah satu solusi bagi kondisi keuangan saya. Namun saya juga tidak sembarangan dalam menerima tawaran tersebut. Pembicaraan itu pun diakhiri tanpa kesepakatan dan sales tersebut berjanji akan menelpon saya kembali sekalian untuk menjelaskan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelanjutannya.
Saya cukup lega setelah tahu kalau telponnya sudah terputus. Keputusan kembali di tangan saya. Bagi saya sales tersebut cukup hebat, karena bisa mempengaruhi saya untuk mengambil sebuah keputusan yang cukup besar bagi saya. Sekarang logika saya lah yang harus memutuskan, kalau saya perlu meminjam atau tidak.
Berbicara tentang pinjaman, cukup panjang untuk dibahas karena ada orang yang menjadi bangkrut karena kesalahan perhitungan dalam meminjam tetapi ada juga orang yang bisa menjadi pengusaha berkat pinjaman sebagai modalnya.
Saya pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang mengajak orang untuk pandai-pandai dalam membuat perhitungan dengan bank. Walapun saya hanya membaca secara sepintas tetapi ada beberapa point yang saya bisa tangkap dari sana. Menurut Kiyosaki bahwa bank-bank kadang melumpuhkan logika kita dan membangkitkan emosi kita dalam menawarkan produknya. Kata ajaib yang sering dilontarkan bank adalah "Cicilan Ringan". Kita hanya difokuskan bahwa tidak akan bermasalah dalam membayar cicilan-cicilan itu. Bahkan kadang kita hanya berpikir kalau cicilan pertama saya bisa saya lunasi, cicilan selanjutnya nanti dipikirkan lagi lah bagaimana caranya. Kita kadang lupa berpikir jauh ke depan, dan hanya berpikir sangat pendek.
" Halo", saya membuka pembicaraan
" Halo selamat pagi pak, begini pak, bapak mendapat kesempatan dari bank kami untuk mendapatkan pinjaman tunai sebanyak maksimal tiga kali dari batas limit kartu kredit bapak.", jawabnya.
" Ibu tahu dari mana saya pakai kartu kredit, kartu kredit saya kan dari bank lain", tanya saya.
"Ya kita kan ada link dengan bank lain, data bapak cukup bagus makanya kami menawarkan pinjaman ini", jawabnya
"Gitu ya", jawab saya dengan sedih mengingat tagihan kartu kredit saya yang belum lunas hingga sekarang. Sekali terperosok ke dalam lubang pinjaman maka akan sangat sulit untuk keluar dari sana. Tetapi kok dibilang bagus sih, bukannya ini kondisi buruk bagi keuangan saya sendiri. Bayangkan saja, saya bahkan sudah hampir lupa pinjaman kartu kredit saat itu dipakai untuk keperluan apa, tetapi sampai saat ini surat tagihannya masih terus datang dan berdasarkan data tagihan itu kalau belum juga lunas.
"Halo", saya terperanjak kaget dari lamunan saya
"Iya"
"Jadi gimana,kira-kira bapak tertarik gak dengan tawaran dari kami"
.....
.....
kami berbicara cukup lama karena saya sedang ditawarin jumlah yang cukup besar, siapa tahu ini salah satu solusi bagi kondisi keuangan saya. Namun saya juga tidak sembarangan dalam menerima tawaran tersebut. Pembicaraan itu pun diakhiri tanpa kesepakatan dan sales tersebut berjanji akan menelpon saya kembali sekalian untuk menjelaskan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk kelanjutannya.
Saya cukup lega setelah tahu kalau telponnya sudah terputus. Keputusan kembali di tangan saya. Bagi saya sales tersebut cukup hebat, karena bisa mempengaruhi saya untuk mengambil sebuah keputusan yang cukup besar bagi saya. Sekarang logika saya lah yang harus memutuskan, kalau saya perlu meminjam atau tidak.
Berbicara tentang pinjaman, cukup panjang untuk dibahas karena ada orang yang menjadi bangkrut karena kesalahan perhitungan dalam meminjam tetapi ada juga orang yang bisa menjadi pengusaha berkat pinjaman sebagai modalnya.
Saya pernah membaca buku Robert Kiyosaki yang mengajak orang untuk pandai-pandai dalam membuat perhitungan dengan bank. Walapun saya hanya membaca secara sepintas tetapi ada beberapa point yang saya bisa tangkap dari sana. Menurut Kiyosaki bahwa bank-bank kadang melumpuhkan logika kita dan membangkitkan emosi kita dalam menawarkan produknya. Kata ajaib yang sering dilontarkan bank adalah "Cicilan Ringan". Kita hanya difokuskan bahwa tidak akan bermasalah dalam membayar cicilan-cicilan itu. Bahkan kadang kita hanya berpikir kalau cicilan pertama saya bisa saya lunasi, cicilan selanjutnya nanti dipikirkan lagi lah bagaimana caranya. Kita kadang lupa berpikir jauh ke depan, dan hanya berpikir sangat pendek.
Jika sudah begitu maka kita sudah menjadi aset oleh bank itu dan tagihan dari bank menjadi kewajiban kita, yang disebut liabilitas. Jadi pinjaman kita di bank merupakan aset bank tersebut tetapi dipihak kita itu adalah liabilitas. Aset menambah kaya tetapi liabilitas membuat miskin. Tetapi satu hal juga yang kita harus ingat bahwa pinjaman itu juga bisa dijadikan aset. Jadi untuk sementara menjadi liabilitas tetapi kemudian menjadi aset. Contoh kecil jika kita meminjam uang untuk membeli sebuah rumah dan suatu saat rumah itu akan lunas, tetapi rumah itupun bisa kita jadikan aset untuk dikontrakkan. Bagaimana jika rumah itu rusak dan cicilannya juga belum habis? itu juga akan menjadi sebuah perhitungan, namun rumah itu kan beridiri di atas tanah yang harganya terus naik. Makanya banyak orang yang sudah berpengalaman lebih suka membeli tanah untuk investasi. Karena tanah itu tidak akan pernah rusak malah nilainya nambah terus, dibandingkan dengan mobil misalnya makin lama makin menyusut.
Apa yang akan dibahas jika dua karyawan dalam satu perusahaan bertemu ? Misalnya secara kebetulan ketemu di jalan, atau ketemu di kantin, atau sempat ada waktu untuk berbincang sambil bekerja ?
Jika pertanyaan ini kita jadikan pertanyaan untuk survey kuis family 100 yang sempat ngetop di AN TV dan Indosiar maka saya yakin bahwa angka tertinggi adalah membahas masalah gaji. Topik lain yang dekat-dekat dengan itu adalah masalah jabatan, atasan dan beratnya kerjaan. Namun kalau yang dibahas adalah bagaimana mencari pekerjaan baru maka bisa dipastikan kalau karyawan tersebut benar-benar sudah tidak menyukai lagi pekerjaannya dan hanya tinggal sekedar bertahan.
Namun kadang saya juga heran yang sering mendapat pekerjaan baru itu adalah karyawan yang jarang mengeluh atau yang enjoy dengan pekerjaannya. Kebingungan saya sedikit terjawab setelah sempat membaca sepintas sebuah buku tentang teknik wawancara kerja. Pewawancara yang mendapati kalau calon karyawan tersebut adalah type banyak mengeluh maka akan sulit sekali untuk diterima bekerja. Biasanya pewawancara akan memancingnya dan tanpa sadar si calon karyawan akan mengeluarkan segala unek-unek tersebut serta menyampaikan segala hal-hal buruk pada perusaahaan yang dia ingin tinggalkan. Yang parah jika keburukan-keburukan yang disampaikannya juga ada pada perusahaan tempat dia akan melamar. Akan sulit sekali untuk diterima. Itu yang saya tangkap dari buku tersebut.
Saya jadi cukup bingung apa mungkin kita bisa berbicara hal yang baik-baik saja sedangkan di hati kita banyak hal-hal yang kurang menyenangkan? Soalnya saya juga kadang pengen cari-cari pekerjaan baru. Terus kalau memang itu sebuah keburukan kenapa ya harus ditutupi ? Atau apakah kita sebagai karyawan yang hidupnya dari perusahaan harus selalu bersikap seperti itu. Gimana jika memang perusahaan itu memeng melakukan pelanggara terhadap undang-undang ketenagakerjaan?
18 Januari 2008
ATM dalam bahasa Indonesia adalah singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, sedangkan dalam bahasa Inggris adalah singakatan dari Automatic Teller Machine. Jadi dari dua bahasa yang berbeda dan disingkat masing-masing menjadi sama yaitu ATM. Kenapa saya kali ini mau membahas tentang ATM? Mungkin para netter jauh lebih tahu dari saya karena lebih sering menggunakan ATM. Namun saya punya segudang cerita tentang ATM dan lebih memfokuskan pada apa yang terdapat di dalamnya. Maksud saya bukan bagian dalam mesin tersebut tetapi isinya yaitu uang cash. ATM pada awalnya lebih dikenal oleh masyarakat dan mungkin sampai saat ini masih sangat populer sebagai mesin untuk menarik uang cash. Namun saat ini sudah bisa digunakan untuk macam-macam transaksi non tunai. Saya tidak akan membahas transaksi non tunai di ATM tetapi lebih kepada transaksi tunai yaitu penarikan uang tunai dari internet.
Hal ini dimulai dari saat saya wawancara untuk sebuah perusahaan di daerah Jakarta dan saat itu pewawancara sepertinya sangat ingin tahu sifat-sifat saya apakah jujur atau tidak. Dalam hati saya bertanya tanya walaupun jujur tetapi tidak punya keahlian gimana ? Kejujuran memang perlu tetapi itu bukan modal utama menurut saya. Dari hasil wawancara tersebut saya sudah ada bayangan akan perusahaan tersebut yang ternyata bergerak di bidang sekuriti perbankan. Saya juga baru tahu saat itu sebagian bank terutama bank besar ternyata tidak mengelolah ATM mereka sendiri tetapi dipercayakan kepada perusahaan yang sanggup mengelolah ATM yang disebut perusahaan vendor. Jadi pengisian uang ke ATM tidak dilakukan langsung oleh bank tersebut melainkan bank hanya melakukan penyerahan uang tersebut ke perusahaan vendor untuk sejumlah ATM yang dikelolah oleh vendor dan memberikan instruksi pendistribusian uang tersebut dan selesai. Bank tinggal menunggu laporan hasil pengisian dari perusahaan vendor setiap harinya. Resiko akan hilangnya uang tersebut di tangan vendor akan dipertanggung jawabkan oleh vendor itu sendiri.
Setelah melalui dua kali proses wawancara perusahaan tersebut menelpon saya kalau saya diterima bekerja dan ditempatkan pada bagian Cash Processing.
Pertama kali masuk ke ruang Cash Processing tersebut saya kaget melihat uang yang jumlahnya puluhan milyar rupiah di mana pada waktu itu denominasi (pecahan) yang paling banyak untuk ATM adalah denominasi 50.000. Pengisian uang ke ATM itu menggunakan kotak yang disebut catridge. Uang dimasukkan ke dalam catridge dan kemudian catridge dibawa dengan pengawalan ketat ke lokasi ATM. Catridge inilah yang langsung dimasukkan ke dalam ATM dengan mengganti catridge sebelumnya di ATM yang sudah hampir kosong. Jadi setiap kali kunjungan pengisian ke sebuah ATM maka otomatis juga akan dilakukan penarikan dari ATM tersebut. Pengisian catridge yang baru diisi dengan uang dan panarikan catridge yang sudah hampir kosong. Walapun ada beberapa kunjungan khusus yang tidak seperti itu seperti dengan hanya melakukan pengisian saja atau hanya melakukan penarikan saya.
Jumlah catridge yang bisa masuk ke mesin ATM umumnya antara 1 sampai 4 catridge. Satu catridge bisa menampung maksimal 2500 lembar uang. Jadi maksimal uang yang bisa ditampung oleh satu ATM adalah 10.000 lembar untuk denominasi 50.000 maka maksimal jumlah uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 50.000 = Rp 500.000.000 sedangkan untuk denominasi 100.000 berarti uang yang bisa tertampung adalah 10.000 x 100.000 = Rp 1.000.000.000 = Rp 1 Milyar ( satu em). Namun jumlah itu sangat maksimal. Jumlah yang paling sering untuk bank-bank besar rata-rata antara 100 juta hingga 400 juta untuk denom 50.000 dan untuk denom 100.000 antara 200 juta hingga 800 juta. Bahkan untuk bank-bank yang kecil kadang bisa melakukan sekali pengisian sampai cuma sebesar Rp 50.000.000.
17 Januari 2008
Hari mulai menjelang malam ketika saya sedang dalam perjalanan untuk liburan di rumah saudara saya di daerah Cibubur. Saya menyukai daerah tersebut karena udara di sekitarnya masih segar, tidak seperti tempat saya kost di daerah Jakarta Pusat yang sangat padat dan agak kumuh. Suntuk sekali jika liburan dan hanya berdiam diri di tempat kost, paling hanya bisa baca koran dan jika sudah selesai mau apalagi? Bingung!
Lagi pula di saat liburan saya bermaksud melupakan semua tentang hal-hal yang membosankan di kantor termasuk lingkungannya karena tempat kost saya sangat dengan kantor saya. Saya ingin melupakan semuanya itu biarpun liburan saya sebenarnya tidak cukup dua hari, namun harus dinikmati. Makanya saya rela berdesak-desakan dan berdiri dalam bus transjakarta dengan harapan sebentar lagi akan kembali menghirup segarnya udara Cibubur. Bus transjakarta yang saya tumpangi semakin mendekati terminal Kampung Rambutan namun tiba-tiba ponsel saya berdering. Melihat nomor baru tersebut di ponsel saya saya tersentak karena akhir-akhir ini saya rajin mengirim surat lamaran ke berbagai perusahaan dengan harapan bisa mendapatkan perkerjaan yang lebih baik. Dan benar telpon tersebut langsung mengecek nama lengkap saya sambil bertanya.
"Iya betul", jawab saya mengiyakan pertanyaan si penelpon
"Bapak pernah mengirim surat lamaran ke perusahaan kami ?",tanya si penelpon
"Iya betul"
"Begini pak, kami ada panggilan interview untuk bapak besok jam 10 pagi, kira-kira bapak bisa?"
"Bisa", saya gak sempat berpikir apa saya sempat datang besok, tapi yang saya tahu yang namanya panggilan interview itu saya akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melewatkannya, siapa tahu nasib bisa berubah.
" Bapak silahkan datang besok di alamat kami"
Setelah saya mencatat alamat lengkapnya saya baru tersentak kalau lokasinya cukup jauh dari daerah Cibubur, apalagi saya nggak yakin kalau fotocopy dokumen dokumen saya masih ada di sana. Ampun deh, saya sempat bingung mau gimana, apa mau balik ke tempat kost untuk bersiap interview besok di mana dokumen-dokumen untuk melamar dijamin lengkap atau meneruskan perjalanan ke Cibubur dengan seribu tanda tanya akan keberadaan fotocopy dokumen-dokumen saya. Walaupun dulunya saya tinggal di sana juga sebelum dapat pekerjaan di daerah Jakarta Pusat
Orang-orang di rumah saudara saya heran melihat saya yang baru datang tapi langsung sibuk mencari sesuatu.
"Kayaknya sih ada deh tapi di mana ya pernah melihatnya", jawab kakak saya setelah tahu saya sedang mencari foto copy ijazah saya.
Tiba tiba ponsel saya berdering kembali dan ternyata telpon dari kantor saya.
"Bapak sangat diharapkan besok bisa masuk malam, saya sudah berusaha menelpon yang lain tetapi susah sekali dihubungi.", suara atasan saya bernada sangat memohon karena mungkin cukup memahami kondisi saya yang baru mau liburan tetapi terpaksa harus bekerja.
Huh, jadi gimana ya, apalagi saya belum mengetik surat lamaran saya dan kelengkapan dokumen-dokumen pendukung, di mana harus diketik di luar karena tidak ada komputer. Untung beberapa saat kemudian fotocopy dokumen-dokumen itu ditemukan. Berarti tinggal satu lagi masalah. Saya harus segera keluar untuk mengetik lamaran.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam ketika petugas rental komputer memperingati saya bahwa sebentar lagi rentalnya akan tutup. Untung juga saya sudah hampir selesai. Dan... persiapan untuk wawancara besoknya boleh dibilang ok. Walapun yang siap hanya surat lamaran doang, sedangkan saya sendiri gak siap untuk test tertulis dan wawancara. Mana sempat!
Sekarang saatnya istirahat karena besok pagi-pagi harus berangkat lagi. Apalagi lokasi wawancara belum terbayang sama sekali.
Saya buru-buru ke warung membeli obat anti nyamuk, namun sedikit tergoda untuk melihat nama yang tertulis pada sebuah bendera kuning yang terpancang di sudut jalan. Setahu saya bendera kuning adalah bendera kematian yang memang sering juga saya lihat di kompleks rumah kakak saya, namun itu sudah terkesan biasa karena memang penduduk kompleks yang sangat luas itu jumlahnya cukup banyak. Dan biasanya tidak tertulis nama yang meninggal di benderanya.
Sangat sangat tersentak kaget setelah melihat nama tersebut ternyata saya kenal dan rumahnya dekat sekali dengan rumah kakak saya. Bahkan saya sempat kenal dan berbincang-bincang dengan salah satu anggota keluarganya saat masih tinggal di kompleks tersebut. Jangankan tahu dia sakit atau gak, kabar tentang dia pun saya sudah lama tidak mendengarnya apalagi saya sudah tidak sesempat dulu bisa dekat dengan tetangga di kompleks itu. Betapa saya tidak peduli dengan lingkungan saya, hingga kematian sebagai akhir dari kehidupan seseorang di muka bumi ini telah selesai. Betapa saya begitu asyik mengejar kehidupan saya tanpa menyadari bahwa kehidupan bukan hanya di dunia namun kehidupan yang lain ada setelah kematian. Bendera kuning itu adalah peringatan yang baik karena menyadarkan manusia kalau suatu saat kita tidak bisa menghindar dari kematian.
Subscribe to:
Postingan (Atom)