28 April 2008
02 April 2008
Menjadi pusat perhatian masyarakat pengguna kendaraan pribadi karena busway telah mengambil sebagian lebar jalan dengan menggunakan separator. Bagian jalan yang dipakai oleh jalur busway antara 25%-50% lebar jalan. Dengan demikian bisa diperhitungkan berapa persen tingkat kemacetan yang disebabkan oleh penyempitan jalan demi untuk jalur busway. Bus transjakarta menjadi raja jalanan di mana bisa melaju dengan mulus di sela-sela kemacetan Jakarta yang semakin parah.
Tujuan daripada busway sendiri memang adalah untuk mengurangi pengguna kendaraan pribadi. Jika pemakai kendaraan pribadi semakin tidak nyaman karena kondisi jalur biasa yang bertambah macet maka perlahan-lahan tujuan dari pengadaan busway akan perlahan-lahan memberi titik cerah. Mungkin para pengguna kendaraan pribadi mulai melirik si raja jalanan ini.
Namun benarkah akan terjadi peralihan para pengguna kendaraan pribadi menjadi penumpang transjakarta ? Sesuatu hal yang begitu sulit untuk diprediksi karena terlalu banyak faktor lain yang menjadi penyebabnya. Sekiranya busway yang merupakan sistem transportasi yang dijiplak dari negara maju itu dijalankan dengan dengan benar mungkin hal itu akan terjadi. Sistemnya sudah benar. Namun jika sistem itu dijalankan oleh yang tidak benar maka tidak akan ada peralihan itu.
Kondisi pelayanan busway saat ini mengundang banyak cerita di kalangan pengguna busway yang memang cukup banyak saat ini. Jika kita sempat transit di halte Harmoni pada jam pulang kantor maka akan terlihat betapa padatnya halte tersebut. Bahkan untuk jalan saja kadang sangat sempit. Kondisi ini adalah indikator bahwa dalam jalur lalulintas busway sendiri terjadi ketidaklancaran, bahkan bisa dibilang kemacetan dalam jalur busway sendiri. Kemacetan yang saya maksud adalah kemacetan antara sesama bus transjakarta sendiri di mana terjadi penumpukan bus pada jalur yang tidak terlalu padat penumpang namun keberadaan bus sangat sedikit pada titik di mana penumpang sedang bertumpuk. Kemacetan yang lain yaitu kemacetan yang terjadi antara para penumpang di setiap halte halte yang sangat ramai. Seperti halte Harmoni misalnya, walapun sudah dirancang cukup luas namun tetap saja penuh.
Terus bagaimana dengan halte yang kecil tetapi cukup ramai karena letaknya yang strategis seperti di halte Senen. Di halte ini pada jam-jam sibuk terjadi penumpukan penumpang yang jelas bisa menghambat naik turunnya penumpang ke bus transjakarta. Kedatangan bus di setiap halte pun sangat membuat tidak nyaman para penumpang. Pada saat penumpang semakin bertambah di setiap halte namun tidak diimbangi oleh jumlah kedatangan bus maka akan terjadi penumpukan yang bisa membuat penumpang harus berdiri cukup lama dalam kondisi kepanasan dan kesempitan. Dan pada saat bus yang ditunggu-tunggu muncul maka penumpang yang sudah lelah berdiri akan berusaha sebisa mungkin agar bisa masuk ke dalam bus untuk menghemat tenaga yang masih tersisa setelah seharian bekerja.
Para satgas dan petugas transjakarta lainnya pun tidak akan segan-segan untuk berteriak menegur dengan keras para penumpang yang berjuang untuk mendapatkan tempat di dalam bus.
"Ah, yang penting saya bisa naik deh", gumam saya dalam hati walapun para petugas sudah berteriak dengan sangat keras agar penumpang tertib. Memang kondisinya sangat memprihatinkan melihat penumpang yang berdesak-desakan berebut tempat biarpun hanya untuk beridiri di dalam busway. Kondisi ini seperti memberi kesan bahwa para penumpang busway itu tidak tahu sopan santun dan tata tertib. Namun jika sekiranya setiap penumpang ditanya kenapa harus berdesak-desakan maka sebagian besar akan menjawab bahwa mereka sudah sangat lelah berdiri dalam kondisi kepanasan di halte.
Pada setiap halte pun jika diperhatiakan maka sebenarnya tidak ada pengaturan antrian yang benar dari para pihak Transjakarta sendiri. Lebar barisan penumpang yang antri jauh lebih besar dari lebar pintu di mana penumpang akan naik. Maka pada saat bus transjakarta tiba maka barisan antrian itu akan kesulitan untuk masuk ke dalam pintu yang lebih sempit sehingga kondisi penumpang yang berdesak-desakan tidak bisa dihindari. Bahkan pada setiap halte-halte tertentu pun tidak ditentukan jalur untuk naik ataupun turun. Sehingga penumpang yang akan turun pun akan kesulitan untuk bisa menembus kerumunan penumpang yang akan naik.
Penulis memperhatikan penumpang yang sudah berusia agak lanjut sangat kelelahan dan bahkan cukup kasihan melihat mereka. Kehadiran busway juga telah mematikan beberapa rute bus kota. Jadi walaupun pada satu sisi busway seperti kesulitan untuk menarik pengguna kendaraan pribadi, di sisi lain ada juga banyak masyarakat yang hanya karena terpaksa harus menjadi penumpang busway
Armada busway yang minim malah menambah persoalan karena jalur busway dibiarkan kosong dalam rentang waktu yang cukup lama. Mubazir !
Dalam jalur biasa para pengguna kendaraan pribadi menderita dalam kemacetan. Di halte busway juga para penumpang juga dalam kondisi "macet" berdiri kelelahan. Namun ada jalur jalan yang sedang dibiarkan kosong karena si raja jalanan tak kunjung datang.
Jadi walapun sistemnya bagus tetapi kita sendiri tidak bisa memakainya maka akan merugikan kita sendiri.
Next Stop ! Halte "Antrian Panjang"